OJK menekankan pentingnya penggunaan TTE bersertifikat dalam bermain nanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perlindungan data pribadi dan penggunaan tanda tangan elektronik bersertifikat (TTE) patut menjadi perhatian di tengah pesatnya perkembangan produk Beli Sekarang Bayar nanti (BNPL / paylater) di tahun terakhir.
“Tentunya hal ini harus dikaji dengan baik agar dapat dilakukan langkah-langkah preventif terhadap potensi risiko,” kata Deputi Komisioner Pengawasan Lembaga Keuangan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Jasmi, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa. Minggu. (28/4).
Jasmi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan tindakan preventif atau preventif dengan menyiapkan berbagai sosialisasi dan edukasi peraturan terkait BNPL dan juga meningkatkan perlindungan pengguna.
Tak hanya tindakan preventif, menurut Jasmi, OJK juga melakukan langkah represif dengan memfasilitasi penyelesaian sengketa keuangan, penghentian kegiatan pembiayaan dan berbagai langkah penegakan hukum lainnya.
Jasmi mengatakan OJK berkomitmen untuk lebih mengembangkan industri jasa keuangan dan kenyamanan masyarakat sebagai pengguna dengan menyeimbangkan regulasi dan kebutuhan pasar yang dinamis.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan produk pembiayaan yang semakin bervariasi, efisien, aman dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jasmi mengatakan, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan menerbitkan peta jalan pengembangan dan penguatan perusahaan pembiayaan tahun 2024-2028 untuk mengembangkan industri pembiayaan, termasuk BNPL.
“OJK juga sedang melakukan kajian terkait BNPL, termasuk apakah perlu peraturan khusus, khusus, atau umum,” ujarnya.
Selain memberikan rasa aman kepada pengguna, kata dia, upaya ini juga bertujuan untuk menciptakan level playing field bagi pemasok BNPL yang merupakan sektor yang baru berkembang pesat di Indonesia dalam lima tahun terakhir.
OJK mencatat nominal portofolio industri BNPL tumbuh signifikan pada 2019-2023, bahkan mencapai rata-rata lebih dari 140 persen setiap tahunnya.
Mengingat keberadaan produk ini masih terbilang baru bagi masyarakat, Jasmi pun meminta penyelenggara BNPL berperan aktif dalam meningkatkan literasi masyarakat mengenai manfaat dan risiko produk pembiayaan tersebut.
Ia pun berharap kehadiran produk BNPL dapat menjadi alternatif solusi pembiayaan bagi masyarakat, bukan malah menjadi sumber permasalahan baru.
“OJK berkomitmen untuk terus mendukung berbagai alternatif inovasi BNPL yang aman bagi masyarakat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.