Laporan reporter Tribunnews.com, Lita Fabriani
TRIBUNNEWS.COM – Felicia Regina, pengusaha produk kecantikan Mirell Sugar Wax, melalui media sosial mengaku nomor ponselnya diretas saat memasuki masa tenggang.
Ia semakin kecewa karena ketika mengadu ke pihak operator seluler, pihak operator seluler cenderung diam dan tidak melakukan upaya mitigasi secara maksimal.
Ia pun mengaku sangat tertekan dengan kejadian tersebut dan kemudian mengunggah kekesalannya di akun Instagram pada 18 Maret 2024.
Dalam akun Instagram pribadinya @felletjhang ia menceritakan awal mula masalah yang ia hadapi.
“Jadi saya punya nomor prabayar di salah satu operator. Saya tidak lagi menggunakan nomor prabayar itu.”
“Jadi tidak aktif dan terakhir karena saya tidak pernah memberikan pulsa, tapi nomornya tetap saya simpan, karena kadang OTP datang dan terus masuk seperti nomor ini masih terkait dengan bank, banyak bank dan kartu kredit,” jelas Felicia dalamnya. Video yang diunggah tersebut dikutip Tribunnews.com, Sabtu (23/3/2024).
Singkat cerita, Felicia menghabiskan pulsanya hanya untuk memperpanjang masa aktif dan ada kalanya ia lupa memperpanjang masa aktif nomor tersebut sehingga nomor ponsel yang ia gunakan sedang dalam masa tenggang.
Saat memasuki masa tenggang, Felicia menduga nomornya telah dijual pihak penyedia telekomunikasi kepada pengguna lain.
Pengguna baru nomor Felicia diduga peretas.
Pada 15 Maret 2024, peretas mulai mengakses kartu kredit Felicia dan menarik sejumlah uang setara 1.200 dolar AS atau Rp18 juta dari PayPal.
Selain itu, peretas juga melakukan transaksi di Shopee Sugar Wax Felicia dan Mirrell untuk membeli beberapa item.
Akhirnya Felicia melaporkan kejadian yang menimpanya kepada polisi dan membawa laporan tersebut ke kantor pusat pemasok untuk mendapatkan bantuan mengatasi permasalahannya.
“Saya meminta bantuan dari penyedia ponsel ini untuk membekukannya sementara dan membiarkan peretas ini datang ke toko untuk mengajukan permohonan kembali.
“Karena saya sudah memberikan bukti semuanya, screenshot semuanya dan memang ada data bahwa saya pengguna lama, ada juga konfirmasinya,” ujarnya.
Alih-alih mendapat penyelesaian, Felicia justru mendapat perlakuan non-resolusi yang membuatnya merasa tidak ada bias terhadap dirinya sebagai korban pelanggaran data.
“Yang menyakitkan saya adalah penyedia mengatakan jika masa tenggang telah berlalu, nomor lama saya adalah milik mereka.”
Jadi mereka bebas menjual nomor saya ke pihak mana pun. Jadi, orang yang membeli nomor saya itu haknya untuk berbuat sesukanya, jelasnya.
Ia kecewa karena penyedia tidak memberinya perlindungan data apa pun sebagai korban dan mantan pengguna.
Felicia mengaku tidak bisa menyimpan masa aktif nomor teleponnya, namun membutuhkan solusi dan keamanan agar datanya tidak disalahgunakan.
“Saya akui itu salah saya karena saya tidak menyimpan pulsa saya. Tapi saya bilang sudah selesai, ini salah saya, tapi setiap hari para hacker ini mencoba membobol menggunakan nomor ponsel saya yang lama.”
“Apakah tidak ada perlindungan bagi saya dengan segala macam screenshot (bukti) dari pemasok, pihak yang dirugikan,” kata Felicia dalam video yang dibagikan di akun Instagramnya.