Reporter TribuneNews.com Dennis Destrivan melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar rupiah masih melemah di kisaran Rp 16.400 terhadap dolar AS.
Shinta V. Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan jatuhnya rupee ke level 16.400 terhadap dolar AS tidak banyak membantu dunia usaha.
“Devaluasi rupee secara umum melemahkan produktivitas dan daya saing industri. Sebab, dampak pelemahan rupee terhadap berbagai industri relatif sama, yaitu menambah beban produksi yang ada,” kata Shinta saat dihubungi TribuneNews, Selasa (18/8). 6/2024).
Artinya, perusahaan-perusahaan yang mempunyai kapasitas keuangan terbatas atau mempunyai pasar yang “rentan” (dalam artian pangsa pasar akan berkurang secara signifikan atau hilang sama sekali akibat persaingan pasar jika harga barang-barang manufaktur naik), akan berada dalam risiko. Penghematan. , Penurunan kapasitas produksi bahkan penutupan usaha.
“Jadi PHK sangat terbuka karena depresiasi rupee. Meski kami tidak memperkirakan akan terjadi PHK secara besar-besaran sekaligus dalam waktu dekat, namun tidak menutup kemungkinan PHK akan terjadi secara bertahap karena kinerja dunia usaha yang melemah akibat depresiasi rupee,” kata Shinta.
Tidak diragukan lagi, industri yang paling sensitif terhadap PHK adalah industri yang sudah berjuang untuk bertahan di pasar, khususnya industri padat karya dan berorientasi ekspor.
“Di satu sisi, mereka tidak memiliki permintaan pasar yang kuat akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi global,” kata Shinta.
Faktanya, beban operasional semakin meningkat seiring dengan kenaikan upah, suku bunga, dan beban operasional lainnya. Menurut Shinta, devaluasi rupee semakin menambah beban operasional dan menurunkan daya saing industri di pasar ekspor.
“Sehubungan dengan industri lain yang rentan terhadap dampak negatif terhadap produktivitas, yaitu sektor industri yang bahan baku atau bahan penolongnya masih banyak diimpor, seperti makanan dan minuman, kendaraan bermotor, produk elektronik, dan lain-lain. ucap Shinta.
Shinta mengatakan kemungkinan terjadinya PHK pada industri-industri tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan industri-industri yang berorientasi ekspor dan padat karya karena basis pasar industri-industri tersebut umumnya adalah pasar dalam negeri yang pertumbuhannya relatif stabil.
Dikatakannya, “Jika rupiah terus terdepresiasi dan berdampak inflasi terhadap kebutuhan pokok masyarakat, maka potensi pasar juga pasti akan berkurang sehingga berdampak pada tertekannya ketersediaan tenaga kerja bahkan pada industri manufaktur dalam negeri yang berorientasi pada domestik.” kesempatan untuk menyimpannya.” Dikatakan
Menurut Bloomberg, sebelumnya nilai tukar rupee sempat ditutup pada level 16.412 rupiah terhadap dolar AS. Mata uang Indonesia melemah 142 poin atau minus 0,87 persen dari penutupan sebelumnya.
Sedangkan dolar AS menguat Rp16.432 atau 0,33 persen hingga Selasa (18/6) pagi berdasarkan data Google Finance. Namun dolar AS juga berada di Rp 16.486 hampir menyentuh Rp 16.500.