Laporan jurnalis Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2024 sebesar 118,77 atau meningkat 1,77 persen dibandingkan Mei 2024.
Kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,85 persen atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani sebesar 0,08 persen.
“Komoditas yang dominan mempengaruhi pertumbuhan indeks harga yang diterima petani nasional adalah gabah, biji kakao atau coklat, kopi dan karet,” kata Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/7/). 2024).
Imam menjelaskan, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman rakyat yang meningkat sebesar 2,68 persen.
Peningkatan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani juga meningkat sebesar 2,88 persen, lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani sebesar 0,2 persen.
Komoditas yang mendominasi kenaikan tarif premi yang diterima petani subsektor tanaman rakyat adalah kakao atau biji coklat, kopi, karet, dan kelapa sawit.
Selanjutnya, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor perikanan dan budidaya ikan.
Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,33 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,08 persen.
Komoditas dominan yang mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani adalah rumput laut, ikan mas atau ikan mas air tawar, ikan nila air tawar, dan udang air asin. Laju usaha petani pun semakin meningkat
Selain itu, Nilai Tukar Perdagangan Pertanian (NTUP) pada Juni 2024 tercatat sebesar 121,90 atau meningkat 1,65 persen dibandingkan Mei 2024.
Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,85 persen dan indeks biaya produksi serta tambahan barang modal meningkat sebesar 0,20 persen.
Barang yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal nasional adalah pakan ternak, upah panen, bibit ternak dan juga upah pabrik.
Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan rakyat yang tumbuh sebesar 2,70 persen.
Kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani juga meningkat sebesar 2,88 persen atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks biaya produksi dan barang modal lainnya yang hanya meningkat sebesar 0,17 persen.
Komoditas yang mendominasi mempengaruhi kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal upah panen atau upah panen, sewa lahan pertanian dan upah tanam.
Penurunan NTUP paling dalam terjadi pada subsektor perikanan, kegiatan budidaya ikan yang turun sebesar 0,50 persen.
Penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,33 persen.
Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen.
Barang yang mendominasi kenaikan indeks biaya produksi dan tambahan barang modal adalah pelet, benih udang air asin, kerja paksa, benih rumput laut dan biaya transportasi.