TRIBUNNEWS.COM – Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Natalya Kalmykova mengeluhkan rendahnya jumlah tentara Ukraina yang berujung pada pemulangan tentaranya yang baru kembali dari rehabilitasi.
Dia mengatakan hal ini dalam pengarahan pada kongres internasional tahunan pertama kedokteran militer dan kesehatan mental yang bertajuk “Prajurit: kehidupan, kesehatan, kemampuan tempur”, lapor Interfax-Ukraina.
Kalmykova mengungkapkan, 75 persen tentara yang terluka harus dikirim ke garis depan. Ini fakta menyedihkan bagi tentara Ukraina yang terus menyerang Rusia.
Ia mengungkapkan, persentase kesembuhan dan kembali bertugasnya tentara Ukraina sangat-sangat tinggi. Sekutu Baratnya, negara-negara yang belum pernah mengalami pengalaman seperti itu, juga memperhatikan hal ini. “Ini lebih dari 75 persen korban luka (kembali bertugas aktif). Berbagai luka berat mereka alami,” kata M. Kalmykova.
Sementara itu, Ukraina menyatakan akan terus menarik lebih banyak pasukan dari program mobilisasinya meski mendapat tentangan keras.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan mobilisasi akan dilakukan sesuai rencana.
Sementara itu, juru bicara militer Ukraina Bohdan Senikas mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah wajib militer meningkat dua kali lipat pada bulan Mei dan Juni.
Namun Senik enggan membeberkan berapa jumlah calon prajurit yang berhasil direkrut.
George Barros, analis Institute for the Study of War (ISW) di Washington, mengatakan pada tahun 2024 dalam program mobilisasi, Ukraina dapat menarik setidaknya 10 brigade atau sekitar 30-50 ribu orang.
Namun Tuan Barros menjelaskan bahwa masalah Ukraina bukanlah jumlah rekrutan, tetapi masalah senjata yang dibutuhkan.
Tentara Ukraina hanya memiliki sedikit persediaan senjata, sehingga mereka menjadi sasaran Rusia di garis depan.
Bahkan Presiden Zelensky pernah mengatakan bahwa puluhan brigadenya harus menganggur karena tidak diberi senjata.