Netanyahu Tutup Kuping Tak Peduli Kecaman Dunia, Bakal Lanjutkan Perang di Gaza Hingga Akhir Tahun

Reporter Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti melaporkan

TRIBUNNEWS.

Pernyataan ini disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi. Dia mengatakan serangan itu diperlukan untuk mengusir pejuang Hamas keluar dari Jalur Gaza guna mencegah serangan di masa depan terhadap Israel.

“Kami mungkin memiliki waktu tujuh bulan lagi untuk memperjuangkan kesuksesan dan mencapai apa yang kami definisikan sebagai kekuatan destruktif,” tegas Hanegbi kepada Irlandia.

“Bagi kami, kemenangan berarti menghancurkan kemampuan militer Hamas, mengembalikan seluruh sandera, dan memastikan bahwa di akhir perang Gaza tidak akan diganggu lagi,” lanjutnya.

Dalam konferensi pers, Hanegbi mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat ini menguasai 75% Jalan Philadelphia, kawasan yang membentang di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Israel merebut koridor tersebut karena merupakan titik kunci bagi Hamas untuk menyelundupkan senjata ke Jalur Gaza. Dengan mengendalikan perbatasan, Israel mengatakan mereka dapat memantau aliran senjata ke Gaza dari luar. Satu juta warga Palestina meninggalkan Rafah

Namun karena pendudukan koridor ini, sekitar satu juta warga Palestina mulai meninggalkan kamp pengungsi di kota Rafah di Gaza selatan dan pindah ke daerah bantuan Al Mawasi di Jalur Gaza selatan untuk menghindari serangan Israel.

Jumlah pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah meningkat setelah tank-tank Israel memasuki kota Rafah di Gaza selatan dan mengebom kamp-kamp pengungsi serta membakar tenda-tenda pengungsi di kamp Tal as-Sultan Rafah.

Meski meninggalkan Rafah bukan berarti para pengungsi akan aman dari serangan tersebut, namun tidak ada yang bisa dilakukan oleh pihak Palestina. Pengungsi meninggalkan wilayah tersebut dalam keadaan yang mengerikan, lapar, haus dan perhatiannya teralihkan.

UNOCHA mengatakan dalam pernyataan yang dibacakan oleh Farhan Haq, wakil juru bicara PBB, “Serangan terhadap Rafah terus berlanjut dan warga sipil yang mengungsi akibat pertempuran tersebut tidak memiliki tempat berlindung, tanpa makanan, tanpa air dan kebutuhan dasar hidup lainnya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *