TRIBUNNEWS.COM — Operasi Israel menghancurkan Gaza untuk membebaskan warganya yang disandera Hamas belum berhasil.
Kini negara Yahudi tersebut meminta bantuan Rusia untuk melakukan intervensi guna membebaskan para sandera.
Sejauh ini, banyak negara yang berpartisipasi aktif dalam negosiasi pembebasan sandera dan membahas perdamaian.
Negara-negara tersebut adalah Amerika, Mesir dan Qatar. Namun langkahnya lamban karena kelompok saingannya, Hamas, menolak perdamaian jika Israel terus menyerang Gaza.
Dikutip dari Strana, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan perjalanan ke Moskow pada Minggu (1/9/2024) untuk melakukan pembicaraan penyanderaan dengan Rusia.
Kremlin diketahui tengah menjalin kontak dengan Hamas terkait nasib sandera berkewarganegaraan Rusia.
Sementara itu, krisis penyanderaan besar-besaran telah terjadi di Israel. Setelah enam sandera ditemukan tewas di terowongan Hamas, pihak oposisi mulai menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak bertindak dan mengumumkan serangan hari ini.
Pada Minggu malam, ratusan ribu warga Israel berdemonstrasi di Tel Aviv, menuntut perjanjian gencatan senjata segera dan pembebasan sandera oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Hal ini juga terjadi ketika tentara pendudukan (IDF) menemukan mayat enam sandera di Jalur Gaza selatan.
CNN melaporkan sekitar 550.000 orang berkumpul di Tel Aviv.
Sebuah video yang beredar menunjukkan massa dalam jumlah besar berkumpul di dekat markas besar Pasukan Pertahanan Israel di Tel Aviv.
Banyak dari mereka mengibarkan bendera Israel dan memegang poster bergambar para sandera.
Para pengunjuk rasa meneriakkan “Sekarang! Sekarang!”.
Dia juga menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menengahi gencatan senjata dengan kelompok Palestina Hamas untuk memulangkan sandera yang tersisa.
“Kami ingin mereka kembali hidup,” teriak mereka.
“Kami sangat yakin bahwa pemerintah mengambil keputusan ini bukan demi keselamatan para sandera tetapi demi kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, kita harus memberitahu mereka, ‘Berhenti!'” Warga Tel Aviv, Shlomit HaCohen, dikutip oleh Times of Israel.
Namun, demonstrasi tersebut tampaknya berakhir ricuh.
Hal ini menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan.