Netanyahu Anggap Enteng Ancaman Sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel

TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meringankan ancaman sanksi terhadap Batalyon Netza Yehuda Israel.

Pengumuman itu disampaikan Netanyahu setelah media Amerika Serikat (AS) memberitakan bahwa Washington sedang mempersiapkan langkah tersebut.

Netanyahu telah berjanji untuk melawan hukuman apa pun terhadap pasukan militer Israel karena pelanggaran hak asasi manusia.

“Jika ada yang berpikir mereka bisa memberikan sanksi kepada unit mana pun (tentara Israel), saya akan melawan sekuat tenaga,” kata Netanyahu dalam pernyataannya, Minggu (21 April 2024), seperti dikutip New York Times.

Mengutip Al Jazeera, kemarin (19 April 2024) Amerika mengumumkan serangkaian sanksi baru terhadap warga Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Di satu sisi, tentara Israel mengaku tidak mengetahui adanya operasi tersebut.

Outlet media yang berbasis di AS, Axios, melaporkan pada tanggal 20 April 2024 bahwa Gedung Putih berencana menjatuhkan sanksi terhadap Batalyon Netza Yehuda Israel, yang beroperasi di Tepi Barat yang diduduki.

Pasca pemberitaan Axios, media Israel juga mengakui bahwa Netza Yehuda menjadi sasaran sanksi Amerika.

Menteri Perang Israel Benny Gantz mengatakan dia telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali masalah tersebut.

Gantz mengatakan sanksi seperti itu merupakan sebuah kesalahan karena akan merusak legitimasi Israel pada saat perang.

“Saya pikir adil untuk mengatakan Anda akan segera melihat hasilnya,” kata Blinken.

“Saya sudah membuat keputusan; Anda akan melihatnya dalam beberapa hari mendatang,” tegasnya.

Batalyon Netza Yehuda Israel adalah batalion infanteri yang didirikan seperempat abad lalu, yang anggotanya adalah Yahudi ultra-Ortodoks.

Beberapa anggota Netzah Yehuda, atau Yehuda Forever, terlibat dalam kekerasan terhadap warga Palestina.

Pada tahun 2022, unit tersebut mendapat kecaman keras dari Amerika setelah seorang pria lanjut usia Palestina-Amerika ditemukan tewas tak lama setelah ditahan di pos pemeriksaan Tepi Barat. (Gambar saja) Iran menggunakan rudal permukaan-ke-udara Khyber dengan presisi tinggi untuk menyerang Israel pada Sabtu (14/4/2024) dan Minggu (15/4/2024). (IRNA)

Batalyon Netza Yehuda, dikutip Times of India, merupakan bagian dari IDF yang didirikan pada 1999 sebagai batalion militer khusus Yahudi ultra-Ortodoks.

Semua prajurit dan perwira Netza Yehuda adalah laki-laki.

Netza Yehuda mengizinkan pria Yahudi ultra-Ortodoks untuk menjadi tentara tempur di ketentaraan sambil mempertahankan agama mereka.

Yahudi Haredi adalah Yahudi Ortodoks.

Saat ini, Yehuda memiliki lebih dari 1.000 tentara.

Batalyon Netza Yehuda telah menjadi sasaran warga sayap kanan yang belum bergabung dengan batalion tempur lain di tentara Israel.

Batalyon tersebut mengandalkan sistem perekrutan sukarelawan dari berbagai latar belakang, termasuk ultra-Ortodoks, Zionis religius, keluarga Chardel, dan sukarelawan dari luar negeri.

Selain itu, untuk menjaga diskriminasi gender dan mencegah hubungan yang tidak pantas antara laki-laki dan perempuan, hanya istri tentara dan perwira Netza Yehuda yang diperbolehkan berada di pangkalan militer.

Di tengah kekacauan dengan Amerika Serikat, Israel memindahkan Netza Yehuda keluar dari Tepi Barat pada akhir tahun 2022 dan kemudian pindah ke Israel utara.

Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, batalion tersebut dipindahkan ke perbatasan selatan Jalur Gaza.

Apalagi konflik Iran dan Israel masih belum usai.

Pada tanggal 1 April, serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, merupakan serangan yang paling bermusuhan.

Sebagai tanggapan, Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Tel Aviv pada 13 April 2024.

Ketegangan terus meningkat setelah Israel menembak jatuh tiga drone di kota Isfahan, Iran, pada Jumat (19 April 2024).

Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari Iran.

Meskipun Iran telah diserang oleh Israel, Teheran meremehkan ketegangan baru-baru ini.

Bahkan, Iran mengakui ledakan tersebut disebabkan oleh pengaktifan sistem pertahanan udara.

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Israel terhadap Iran tampaknya tidak terlalu serius.

Situasi di Usafia juga tenang beberapa jam pasca ledakan yang diduga merupakan serangan Israel.

(Tribunnews.com, Andari Vulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *