Negara Barat Dituntut Desakkan Moratorium Eksekusi Mati di Iran

Pada tahun 2023, menurut administrasi hak asasi manusia Amnesty International, hampir tiga perempat dari seluruh eksekusi yang tercatat di Iran terjadi.

Laporan terbaru melaporkan setidaknya ada 1.153 hukuman mati pada tahun 2023. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015.

Jumlah hukuman mati yang dilaporkan Amnesty International tidak termasuk ribuan pembunuhan yang terjadi di Tiongkok.

Tidak diketahui berapa banyak tahanan yang dijatuhi hukuman mati di Vietnam dan Korea Utara. Amnesty International menyatakan hukuman mati dilakukan secara besar-besaran di ketiga negara tersebut.

Eksekusi paling terkenal terjadi di Tiongkok, yaitu seribu orang, disusul Iran dengan sedikitnya 853 eksekusi, dan Arab Saudi dengan 172 eksekusi.

“Di Iran, hukuman mati atau eksekusi baru yang dijatuhkan karena alasan politik dan non-politik telah meningkat secara signifikan,” kata Ribin Rahmani dalam wawancara dengan DW.

Aktivis hak asasi manusia tinggal di London, Inggris, dan bekerja dalam jaringan aktivis hak asasi manusia yang mengumpulkan dan memverifikasi informasi dari Iran. Kriminalisasi seminar pengadilan

“Dalam empat minggu terakhir, hanya 29 tahanan Kurdi yang dipukul dengan kapak,” kata Rahmani, seraya menambahkan “di antara mereka adalah Khosrow Beshara, seorang tahanan politik yang ditangkap 14 tahun lalu. Saat itu, dia ditangkap bersama lima warga Sunni Kurdi lainnya, yang divonis bersalah. dari dosa di Bumi dan dijatuhi hukuman mati. “Eksekusi selesai dalam beberapa bulan terakhir.”

Khosrow Besharat dan lima tahanan Kurdi lainnya dituduh membunuh seorang ulama Syiah pada Desember 2009. Karena kurangnya bukti, penyelidikan memakan waktu lama.

Orang tua Besharat menulis surat terbuka kepada Javed Rahman, yang saat itu menjadi pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Iran, pada tahun 2018.

Mereka mengeluhkan kurangnya bukti yang memberatkan putra mereka, yang sudah berada di jalanan selama hampir sepuluh tahun.

Dikatakan bahwa pengakuan di pengadilan Iran seringkali diperoleh melalui penyiksaan dan pemaksaan.

Pemerintah Republik Islam Iran semakin sering menggunakan hukuman mati untuk menanamkan ketakutan dan teror di masyarakat serta mengkonsolidasikan kekuasaan, tulis Amnesty International dalam laporannya pada Rabu (29/5).

Menurut organisasi yang berbasis di London tersebut, jumlah eksekusi pada tahun 2023 akan meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 48 persen lebih banyak dibandingkan 576 eksekusi pada tahun 2022. Eksekusi ilegal terhadap terpidana mati.

Pada demonstrasi aksi perempuan tahun 2022, sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas di tangan tukang jagal. “Tanpa tekanan internasional dari luar, jumlah hukuman mati di Iran akan lebih tinggi,” kata Mahmood Amiri-Moghaddam, direktur Kantor Hak Asasi Manusia Iran, IHR, sebuah organisasi hak asasi manusia untuk diaspora Norwegia.

Sejak tahun 2007, IHR telah menerbitkan laporan pemantauan penerapan hukuman mati di Iran. “Ada protes global setelah eksekusi tersebut dan sanksi yang dijatuhkan oleh Uni Eropa secara efektif menunda pelaksanaan hukuman mati,” ujarnya.

“Tetapi ini tidak berarti bahwa eksekusi tidak akan pernah dilakukan. Karena pada saat yang sama jumlah kejahatan, hukuman dan narkoba meningkat pesat.”

Eksekusi terhadap narapidana narkoba seringkali dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan keluarga atau majikan. Pada November 2023, dua bersaudara bernama Saeed dan Ismaeil Alizahi, misalnya, dieksekusi di penjara Zahedan, tanpa sempat menerima kunjungan terakhir dari keluarganya. Diam karena panik

“Kami mempunyai nama 47 orang yang juga dieksekusi dalam dua belas bulan terakhir,” kata Mahmood Amiry-Moghaddam.

“Kami tidak mempublikasikan daftar nama ini karena kami belum dapat menemukan sumber independen lain yang dapat memverifikasi kebenarannya.”

Tidak semua keluarga telah berbicara dan memberi informasi kepada organisasi hak asasi manusia. Banyak penyintas yang tetap diam karena takut akan keselamatan mereka atau karena hal tersebut mengganggu mereka.

Menurut Amnesty International, lebih dari 60 persen eksekusi yang terdokumentasi dilakukan dilakukan untuk kejahatan yang tidak dapat dihukum mati berdasarkan hukum internasional, khususnya kejahatan narkoba.

Eksekusi ini mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap etnis minoritas Baloch, yang menyumbang 20 persen dari total jumlah orang yang terbunuh, meskipun jumlah mereka hanya sekitar lima persen dari total populasi Iran.

Tahun ini, gelombang eksekusi berlanjut di Iran, dengan setidaknya 95 eksekusi tercatat pada tanggal 20 Maret. Sementara delapan terpidana mati terkait protes slogan “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan” pada tahun 2022 masih mendekam di penjara.

Rzn/as

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *