TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof.Dr. Keh Nasaruddin Umar, telah merilis tiga buku yang merupakan karya terbaiknya.
Ketua Umum Partai Hanura Osman Sapta Odang (OSO) yang hadir pada pembukaan tersebut memuji Nasaruddin yang terus berjuang di lapangan demi kemaslahatan negara.
Peluncuran buku ini bertepatan dengan hari ulang tahun Nasruddin Umar yang ke-65. Selamat ulang tahun OSO dan selamat atas selesainya buku Nasruddin Umar.
Pak OSO menyampaikan pada peluncuran buku tersebut di Hotel Borbodur, Jakarta, Minggu (23/6/2019) bahwa “Sebagai orang yang beragama, ia bertindak berdasarkan Pancasila.
“Profesor Nazaruddin sungguh luar biasa. Beliau diterima ribuan orang karena mengingat kesabaran, jadi sabar itu yang diutamakan. Sama seperti pikirannya sendiri ketika berhadapan dengan orang. Ucapannya lembut,” kata OSO.
Selain OSO, hadir pula tamu undangan antara lain mantan Menko Polhukam Mahfud MD, mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalan.
Jusuf Kala menambahkan, Nasaruddin Umar merupakan salah satu orang terbesar di Indonesia. “Dia adalah imam senior Masjidil Haram,” kata OSO.
“Saya kira Pak Nasaruddin adalah seorang kiai yang diakui semua pihak,” kata pria yang akrab disapa Jake ini. Selamat ulang tahun. Semoga bisa terus memberi nasehat, nasehat hidup dan kedamaian, tambah Jake.
Pada kesempatan itu, dirilis 3 buku. Buku ini berjudul Nasionalisme Indonesia, Toleransi Beragama dan Tantangan Masa Depan Umat serta Keadilan Ekonomi Masa Kini.
Nasaruddin menjelaskan, buku Nasionalisme Indonesia ini merupakan tesisnya saat hendak lulus. Buku tersebut kemudian menjadi lebih lengkap dan menjadi salah satu karya terbaiknya.
“Nasionalisme Indonesia adalah salah satu buku terbaik saya,” tambah Nasaruddin.
Ia menambahkan: Buku ini merupakan salah satu karya terbaik karena kaya akan kutipan para filsuf dunia seperti Plato bahkan Karl Marx. Sayangnya, lanjut Nasaruddin, buku-buku serius seperti itu tidak laku di Indonesia.
Tapi yang saya tulis iseng itu yang laku. Jadi ada yang terbukti secara ilmiah tapi tidak bermanfaat bagi masyarakat, bahwa sebagian negara kita suka makan apa saja yang populer.
Menurut Pak Nasaruddin, Perbukuan Nasional Indonesia mempunyai cara untuk melestarikan budaya dari luar. Budaya budaya tidak boleh dianggap hanya imigran ilegal, dan tidak semua harus diterima.
“Jadi kalau kita anggap mereka pendatang gelap, kita akan mempermalukan bangsa kita, tapi jangan sebaliknya, kita tidak akan memilih yang berasal dari dalam. Ini memang Front Nasional Indonesia.