Nasib Pilu Kakak Fairuz A Rafiq, Alami Infeksi Saluran Otak karena Jarum Akupuntur Tak Steril

Laporan reporter Tribunnews.com Fauzi Alamsyah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fairuz A Rafiq kini tengah menghadapi kabar duka.

Fairuz A Rafiq menjelaskan, kondisi kakaknya semakin parah akibat infeksi yang diduga disebabkan oleh jarum akupunktur yang belum lahir.

“Penyakitnya semakin parah karena penyakit mental. Ketika saya berbicara dengannya, dia tidak merespons, dia tidak bisa menjawab saya. Jadi sekarang sudah berobat, jadi ada infeksi otak, semoga sembuh,” kata Fairuz saat ditemui di kawasan Meteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Istri Sonny Septian membenarkan, kondisi adiknya masih labil dan belum bisa berbuat baik.

“Sungguh menyedihkan melihat kami bersama dan tumbuh bersama. Usianya masih 45 tahun, dan seperti setiap hari ketika kami melihatnya sakit, kami masih tertawa saat Idul Fitri,” kata Fairuz.

Fairuz pun menjelaskan penyebab penyakit ini berasal dari praktik akupunktur yang dilakukan oleh tenaga non medis.

“Istrinya ditelepon, dokternya tanya, pernah ditindik di kepala? Kata istrinya, dia punya metode pengobatan lain seperti akupunktur. Iya, dokternya tobat, kalau bukan dokter. Metodenya, jadi infeksi.” ditemukan dari jarum suntik yang tidak steril,” jelas Fairuz.

Saat ini sang kakak masih harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Fairuz memastikan sang kakak dirawat cukup lama di rumah sakit.

Kebetulan infeksinya dari jarum suntiknya steril, dan saya punya tindik yang steril,” ujarnya.

“Saya mulai menaruh obat tepat di area yang sakit. Tentu saja itu akan memakan waktu lama karena jika saya melihat situasinya, saya tidak bisa mengatakan dia akan segera pulang, lanjutnya.

Di sisi lain, Fairuz mengatakan sang kakak menderita stroke dan diduga mengidap penyakit jiwa.

“Jadi adik saya sudah sakit, tiba-tiba kondisinya berubah, dan saat itu dia juga terkena stroke,” kata Fairuz.

Fairuz yakin sang kakak kini bisa ditangani oleh dokter ahli. Ia pun meyakini tidak semua metode pengobatan bisa memperbaikinya.

“Pada akhirnya ini menjadi pembelajaran yang kadang tidak bisa kita lakukan. Karena risikonya tinggi, seperti kakak saya, dia tidak main-main. Dia sakit jiwa karena jarum suntik steril,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *