Nasib Pasien Gaza Utara Diambang Kematian Buntut Krisis BBM yang Melanda RS Indonesia

TRIBUNNEWS.COM – Sebuah rumah sakit Indonesia (RS) di Jalur Gaza utara terancam ditutup setelah krisis bahan bakar yang serius.

Peringatan tersebut disampaikan Direktur Rumah Sakit Indonesia Mourwan Sultan pada Selasa (10/9/2024).

Dalam keterangan resmi yang dikutip Anadolu, Sultan mengatakan rumah sakit tersebut saat ini menghadapi krisis bahan bakar yang dapat mengakibatkan terhentinya seluruh layanan medis dalam 48 jam ke depan.

Jika bahan bakar tidak sampai, operasional rumah sakit tidak akan maksimal dan akan semakin banyak pasien yang meninggal.

“Rumah sakit di Indonesia menghadapi kekurangan bahan bakar yang parah, yang mengancam terhentinya layanan medis,” kata Direktur Rumah Sakit Indonesia, Mourwan Sultan.

“Ruang operasi terus beroperasi 24 jam sehari, layanan medis mungkin terhenti total, yang dapat menyebabkan kematian pasien,” tambah Israel.

Tidak hanya RS Indonesia, RS Kamal Adwan di Gaza utara juga telah diperingatkan akan berhenti bekerja dalam waktu 48 jam karena kekurangan bahan bakar.

RS Indonesia dan RS Kamal Adwan mulai mengalami ancaman krisis bahan bakar setelah Israel terus memblokir pengiriman pasokan bahan bakar ke Gaza Utara.

Pemerintah Israel melarang masuknya bahan bakar ke Gaza, menyusul pecahnya pertempuran antara kelompok Hamas di Palestina dan Israel di Gaza.

PBB dan organisasi internasional sendiri memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar menimbulkan banyak dampak negatif. Apalagi di rumah sakit yang mengandalkan bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik.

Namun kritik ini tidak melunakkan Israel, dan pemerintah di Teheran menjadi lebih agresif dalam menerapkan pembatasan tersebut. Melarang masuknya bahan bakar, obat-obatan dan pasokan medis dasar ke Jalur Gaza utara.

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengklaim pembatasan tersebut dilakukan agar Hamas tidak menyalahgunakan bahan bakar untuk menyerang Israel.

“Pembatasan bahan bakar di Israel menimbulkan ancaman signifikan terhadap kehidupan banyak pasien dan korban luka yang saat ini dirawat,” tambah rumah sakit tersebut dalam sebuah pernyataan. Fasilitas kesehatan di Gaza rusak

Selain itu, serangan heboh Israel menyebabkan kerusakan parah pada 84 persen fasilitas kesehatan di Gaza.

“Akibat pengeboman yang terus berlanjut dan pembatasan akses, hanya empat dari 22 fasilitas kesehatan UNRWA yang masih beroperasi,” kata badan PBB itu dalam pernyataannya kepada X, seperti dikutip Almayadeen.

Situasi ini kemudian menghambat berfungsinya berbagai rumah sakit secara optimal, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa.

Pasalnya, banyak perangkat yang kehilangan fungsinya karena terputus dari listrik.

Keadaan darurat memaksa staf untuk menjahit luka dengan jarum jahit. Ada juga pegawai yang membalut luka bakar besar dengan pakaian sebagai pengganti perban.

Dengan terbatasnya persediaan dan bantuan, para dokter dan perawat di seluruh Gaza kesulitan menggunakan peralatan yang ada untuk menyelamatkan para korban.

Dokter di rumah sakit bahkan menggunakan senter di ponselnya untuk memberikan penerangan ekstra saat merawat pasien.

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan dan kesehatan yang menimpa masyarakat Gaza adalah bom waktu yang akan menyebabkan banyak orang meninggal karena kelaparan, kehausan, dan wabah penyakit menular.

(Tribunnews.com/Namira Yunia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *