TRIBUNNEWS.COM – Nasib 2.000 warga Kursk, Rusia, dekat perbatasan dengan Ukraina, dikabarkan belum diketahui.
Menurut kantor berita Russia Today, Alexei Smirnov, penjabat gubernur wilayah Kursk, menginformasikan hal ini saat bertemu dengan Putin.
Situasi di wilayah Kursk rumit, 28 pemukiman berada di bawah kendali Ukraina. Nasib sekitar 2.000 orang di wilayah ini tidak diketahui, tambahnya.
Sementara itu, Ukraina telah membuka saluran telepon darurat bagi warga Kursk yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Wakil Menteri Unifikasi Wilayah Sementara Ukraina Irina Vereshchuk mengatakan, pihaknya telah membuka hotline 24/7 bagi penduduk wilayah Kursk Rusia yang membutuhkan bantuan kemanusiaan atau ingin mengungsi ke Ukraina.
“Karena kemungkinan memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah tetangga wilayah Kursk Federasi Rusia, Ukraina harus siap menerima pengungsi Rusia,” tulis “Ukrainskaya Pravda”.
Kementerian Unifikasi Ukraina telah membuka hotline 24/7 bagi penduduk wilayah Kursk yang membutuhkan bantuan kemanusiaan atau ingin mengungsi ke Ukraina.
“Ukraina mematuhi semua standar hukum internasional. Kami memberikan perlindungan dan bantuan kemanusiaan yang diperlukan kepada warga wilayah Kursk,” katanya.
Sementara itu, Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan serangan Ukraina gagal mengalihkan pasukan Rusia dari Donbass dan Slobozanshchyna ke Kursk.
“Saat ini, militan Ukraina yang memasuki wilayah Kursk dengan tegas dipukul mundur oleh Angkatan Bersenjata Federasi Rusia,” katanya dalam pernyataan di situs Kementerian Luar Negeri.
Dia menyatakan bahwa Kiev menyerang Kursk untuk meningkatkan posisi negosiasinya di masa depan.
“Angkatan bersenjata Banderi Ukraina menembaki warga sipil tanpa pandang bulu ketika mencoba melarikan diri dari daerah berbahaya, menembak dan menjarah bangunan tempat tinggal dan infrastruktur sipil,” tambah juru bicara itu.
Zakharova mengatakan, tentara Ukraina yang ditangkap mengaku diperintahkan untuk menembak seluruh warga sipil tanpa ampun jika mereka melawan.