Mungkinkah Ibu Hamil dengan Riwayat Lupus Turunkan Penyakitnya ke Anak? Ini Hal yang Harus Diketahui

Laporan reporter Tribunnews.com Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mungkinkah ibu hamil dengan riwayat lupus menularkan penyakit tersebut kepada anaknya?

Menanggapi hal tersebut, anggota Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes, mengungkapkan, bayi baru lahir belum tentu menderita lupus.

Hanya ada dua persen kemungkinan bayi dari ibu terkena penyakit lupus, atau yang disebut dengan neonatal lupus.

Jadi bukan berarti ibu hamil mengidap lupus dan anaknya juga mengidap lupus. Kalaupun anak lahir dengan gejala, bukan berarti dia menderita lupus, kata dr Reni dalam acara bersama IDAI secara daring, baru-baru ini. .

Ia menjelaskan, saat seorang ibu hamil, antibodi lupus yang dimiliki ibu akan masuk ke tubuh bayi melalui tali pusat.

Hal inilah yang menyebabkan anak terlahir dengan tanda dan gejala lupus seperti ruam kulit, gangguan jantung, dan penurunan jumlah sel darah.

Namun, keadaan tersebut akan berangsur-angsur membaik atau pulih seiring dengan hilangnya antibodi ibu pada anak di usia 6 bulan.

“Dia sembuh tanpa gejala sisa setelah bayi berusia 6 bulan, seiring dengan hilangnya autoantibodi ibu dari peredaran bayi,” ujarnya.

Namun, pada beberapa kasus, bayi yang lahir dari ibu pengidap lupus bisa mengalami gangguan irama jantung permanen.

Oleh karena itu, ada baiknya jika ibu penderita lupus ingin hamil agar bisa dilakukan dengan perencanaan.

Harapannya, ibu penderita lupus harus sehat secara fisik agar siap hamil.

“Konsultasikan dulu sebelum hamil,” sarannya.

Tanda-tanda janin terkena lupus mulai terlihat saat kehamilan trimester kedua atau pada minggu ke 18-25.

Tandanya adalah melambatnya detak jantung janin sehingga memerlukan terapi berupa pemasangan alat pacu jantung.

Lupus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun dapat dikendalikan.

Pengobatan pasien lupus melibatkan berbagai bidang keilmuan seperti reumatologi, nefrologi, kesehatan remaja, psikiatri, psikologi, keperawatan, pekerjaan sosial, rehabilitasi medik dan terapi okupasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *