TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subanto berbagi kenangan pribadi tentang hubungan keluarganya dengan Bank Negara Indonesia atau BNI.
Hal itu diungkapkannya pada acara BNI Investor Daily Summit 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada Rabu (10/9/2024).
Dalam pidato penutupnya, Prabowo mengenang kembali jejak keluarganya dalam sejarah berdirinya BNI.
“Sulit bagi saya untuk menghadiri acara-acara di BNI. Ada ikatan emosional yang mendalam antara BNI dan keluarga, karena kakek saya, Pak Margono Jojohadikoesomo, mendirikan BNI atas nama Bung Karno dan Bung Hatta,” kata Prabowo.
Sekadar informasi, kakek Prabowo, Margono Jojohadikosomo, merupakan orang yang mendapat amanah dari pendiri negara untuk mendirikan BNI yang menjadi bank umum pertama di Indonesia.
“BNI kebanggaan keluarga kami. Pak Margono disuruh Bung Karno mendirikan bank pertama milik masyarakat Indonesia yang diberi nama BNI. Ini cerita besar bagi kami,” kata Prabowo.
BNI sendiri didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank sentral dan bank umum oleh pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No. 2 Tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946.
Bank ini kemudian diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1946 di Yogyakarta dengan kakek Prabowo Subyanto, Margono Jojohadikosomo ditunjuk sebagai ketua eksekutifnya.
Pada tahun 1949, akibat Konferensi Meja Bundar, status BNI sebagai bank sentral dihapuskan dan dialihkan ke De Javasche Bank.
Namun peran BNI sebagai bank yang mampu meningkatkan keuangan masyarakat dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional tidak berhenti sampai disitu saja.
Undang-undang no. Dikukuhkan pada tanggal 17 tahun 1968, BNI diberi nama “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi bank umum negara.
Prabowo juga menceritakan bagaimana kakeknya ditangkap Belanda di kantor BNI Yogyakarta pada tahun 1948 saat invasi militer Belanda.