Moeldoko Sebut Hubungan Jokowi dengan Megawati Baik-baik Saja, Tidak Ada yang Berubah

Reporter majalah Tribunnews Tawfiq Ismail melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan Moldoko mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnopotri tidak pernah berubah.

Hal itu menanggapi komentar Maldoko Megawati yang menyebut hubungannya dengan Presiden Jokowi baik-baik saja.

Saya kira tidak ada yang berubah, kata Muldoko di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (6/8/2024).

Jawaban serupa juga disampaikan Muldoko saat ditanya soal perbedaan politik pemilu yang merenggangkan hubungan Jokowi dan Megawati.

Menurut Moladoco, sikap atau sikap Jokowi terhadap UM tidak berubah.

“Iya, saya lihat tidak berubah,” ujarnya.

Moladoco mengaku belum mengetahui apakah Jokowi sudah bertemu Magwati atau belum.

Atau kapan Jokowi dan Megawati akan bertemu usai Pilpres 2024?

“Saya juga tidak tahu,” tutupnya.

Magwati Sukarnopotri, Ketua Dewan Pengurus Lembaga Pembinaan Pemikiran Pancasila (BPIP), mengatakan hubungannya dengan Presiden Joko Widodo baik.

Megawati memberikan presentasi pada upacara tersebut sambil membagikan replika bendera pusaka kepada kepala daerah Indonesia.

“Sebelum saya datang ke sini, ada yang bilang saya tidak baik dengan presiden (Jokowi). Oh, enaknya dia bicara seperti itu, saya baik-baik saja dengan presiden. Lalu kenapa?” kata Megawati, Senin (5/8/2024) di Ocean Hall Jakarta.

Magwati mengaku memiliki hubungan buruk dengan Jokowi karena isu perpanjangan masa jabatan presiden dan perbincangan presiden tiga periode tersebut.

“Hanya karena saya diberitahu, karena diminta 3 kali, atau karena saya bilang tidak mau perpanjangan,” ujarnya.

Katanya, hal itu dalam batas konstitusi.

“Saya tahu hukumnya,” kata Mega, “lalu ahli hukum mana yang mau angkat tangan?” Ini adalah domain konstitusi.

Ketua Umum PDIP ini mengatakan, MPR adalah kedudukan presiden terkait masa jabatannya.

Katanya: “Kenapa? Karena kalau ada yang namanya presiden seumur hidup, sudah saatnya reformasi beralih ke senjata MPR.”

Magwati mengatakan, dari hasil diskusi dengan ahli konstitusi, keputusan MPR masih membatasi masa jabatan presiden menjadi 2 periode.

“Saya bertanya kepada para ahli konstitusi apakah MPR yang sekarang diibaratkan senjata itu masih sah,” tegasnya. Nah, apakah ada yang mau menolaknya? “Pakar hukum tata negara, ya, tolong.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *