Minum Obat Antibiotik Wajib Sesuai Indikasi Medis

Reporter Tribune.com, Reena Ayu melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Siahril, SP, MPH mengingatkan dokter agar tidak terlalu cepat meresepkan antibiotik.

Antibiotik tidak boleh diminum sembarangan dan harus sesuai resep dokter

Pasien perlu diberitahu dan memperhatikan gejala seperti demam dan nyeri

Jika pasien tidak menunjukkan gejala dan nyeri, atau adanya infeksi lain, dokter diperkirakan tidak akan segera meresepkan antibiotik. 

“Kalaupun gejala pasien lebih parah atau pemberian antibiotik yang berbasis bukti tidak berhasil, idealnya dilakukan kultur laboratorium untuk melihat jenis bakteri dan pengobatan yang tepat,” kata dr Sihril di Jakarta, Jumat (04/10/2021). 2010) 2024).

Obat antibiotik untuk membunuh bakteri Antibiotik harus diberikan sesuai indikasi

Masyarakat juga diimbau untuk membeli antibiotik secara gratis, karena obat tersebut termasuk dalam kategori obat keras.

Peresepan obat antibiotik dilakukan oleh dokter. Karena memerlukan resep dokter dan antibiotik tidak bisa dibeli bebas, katanya, “obat keras dan pemberiannya juga harus sesuai indikasi.”

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagi antibiotik menjadi tiga kelompok yang disingkat Aware (Access, Watch, Reserve). Kelompok Akses mencakup antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi umum dan mudah didapat.

Kelompok pengawas terdiri dari antibiotik yang digunakan pada pasien sakit kritis di fasilitas kesehatan. Penggunaan antibiotik ini harus dipantau secara hati-hati untuk menghindari overdosis

Saat ini, kelompok cadangan mencakup antibiotik yang hanya digunakan sebagai upaya terakhir untuk mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh patogen yang kebal terhadap berbagai obat.

Maka Siahril kembali mengingatkan para dokter agar tidak terlalu cepat memberikan antibiotik kepada pasien. Tindakan ini mungkin menjadi salah satu penyebab utama resistensi obat

“Di negara maju, dokter punya pengawasan dalam meresepkan antibiotik. Dokter tidak boleh sembarangan memberikannya. Kadang pasien atau bahkan keluarganya meminta dokter untuk tidak memberikan antibiotik, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *