TRIBUNNEWS.COM – Sedikitnya 65 roket ditembakkan Hizbullah dari Lebanon ke Israel utara pada Jumat (19/7/2024), menurut pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
IDF mengklaim bahwa beberapa rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, The Times of Israel melaporkan.
Serangan itu langsung dikonfirmasi oleh Hizbullah.
Kelompok oposisi Lebanon mengaku menembakkan serangkaian roket ke pangkalan militer Israel di wilayah Galilea Utara, dekat perbatasan selatan Lebanon.
Bertentangan dengan klaim IDF, Hizbullah mengatakan serangan itu menyebabkan kebakaran dan menghancurkan beberapa posisi militer Israel.
Hizbullah juga melakukan serangan ke wilayah Mitzpe Abirim di Israel utara “menggunakan roket Katyusha untuk pertama kalinya.”
Menurut Anadolu Agency, Hizbullah mengatakan serangan itu merupakan respons atas tindakan Israel terhadap warga sipil di kota Safad al-Batikh, Majdal Salam dan Shaqra di Lebanon selatan.
Pada saat yang sama, Hizbullah juga mengungkapkan dua peluru yang ditembakkan tentara Israel jatuh di dekat kantor polisi Marj Junction di kota Hula, Lebanon selatan.
Tak hanya roket Hizbullah, drone kelompok pemberontak Houthi Yaman juga menghantam Israel, khususnya di Tel Aviv.
Drone tersebut diketahui melakukan perjalanan dari laut menuju Tel Aviv dan akhirnya menabrak sebuah bangunan di persimpangan jalan Ben Yehuda dan Shalom Aleichem, dekat kedutaan AS, sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.
Al Mayadeen melaporkan, ledakan semacam ini merupakan yang pertama dan belum pernah terjadi sepanjang sejarah pemukiman Israel.
Juru bicara tentara Israel membenarkan adanya ledakan di kota Tel Aviv.
“Ledakan terjadi pada Jumat pagi di Tel Aviv akibat serangan udara,” kata juru bicara militer Israel.
Sirene ini tidak mendeteksi ledakan pesawat dan kejadian ini sedang diselidiki, tambahnya.
Satu orang tewas dan 10 lainnya luka-luka dalam serangan drone tersebut.
Korban tewas diidentifikasi sebagai Yevgenij Ferder, warga Tel Aviv.
Ferder, yang berasal dari Belarus, pindah ke Israel dua tahun lalu ketika Rusia mulai menginvasi Ukraina.
Dia disebut-sebut bekerja di sebuah hotel di Tel Aviv yang terkena serangan drone.
Kelompok Houthi membenarkan serangan tersebut.
Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan mereka menggunakan drone Yafa dalam serangan itu.
Nama drone ini diambil dari nama kota Tel Aviv di Palestina yang diduduki Israel.
“Angkatan udara kami melakukan operasi militer menggunakan drone di Tel Aviv,” kata Saree pada hari Jumat.
Dia mengatakan operasi tersebut “menyerang sasaran penting di wilayah Tel Aviv.”
“Drone ini dirancang dengan tujuan khusus agar mampu menghindari radar musuh,” tambahnya.
Kelompok Houthi sendiri telah menyatakan wilayah Tel Aviv sebagai “wilayah tidak aman”.
Oleh karena itu, Tel Aviv “akan menjadi sasaran utama” senjata Houthi.
Serangan drone tersebut merupakan serangan pertama Houthi di Tel Aviv.
Sebagian besar serangan Houthi sebelumnya hanya menargetkan kota pesisir Eliat dan Haifa.
Kelompok Houthi sendiri menggunakan rudal dan drone untuk menargetkan kapal atau kapal milik Israel, berbendera, dan dikelola dalam perjalanan mereka ke pelabuhan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.
Langkah tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap Gaza yang mendapat serangan gencar Israel sejak 7 Oktober tahun lalu.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)