Laporan jurnalis Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sagu merupakan komoditas pangan utama yang berpotensi dikembangkan untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia.
Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang menghasilkan jumlah pati paling banyak dibandingkan tanaman penghasil pati lainnya.
Sagu juga merupakan bahan baku yang ramah lingkungan karena memiliki tingkat penyerapan CO2 yang tinggi sehingga membantu memperlambat pemanasan global.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia mempunyai potensi lahan sagu terbesar di dunia.
“Dari 6,5 juta hektar lahan sagu di seluruh dunia, sekitar 5,5 juta hektar atau 85 persennya berada di Indonesia. Lahan sagu paling luas, sekitar 5,2 juta hektar, ada di Papua,” kata Menteri Perindustrian Nasional. Simposium Industri Pengolahan Dunia. Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (29/7/2024).
Meski memiliki areal sagu yang luas, namun berdasarkan data statistik perkebunan Kementerian Pertanian (Angka Tetap 2022), luas areal sagu nasional yang dimanfaatkan sendiri kurang dari 4 persen, yaitu hanya 212.468 Ha, dengan total produksi sagu sebesar 385.905 ton pada tahun 2022. .
Sedangkan Provinsi Riau merupakan penghasil sagu terbesar, sekitar 74 persen dari total nasional, dengan angka produksi sebesar 285.468 ton yang berasal dari lahan seluas 76.597 hektare.
Produktivitas Provinsi Riau mencapai 3,73 ton/ha, tertinggi dibandingkan Provinsi Papua (Peringkat 2 Nasional) yang menghasilkan sagu sebesar 1,21 ton/ha.
Posisi ketiga penghasil sagu terbesar adalah Provinsi Maluku yang hanya menghasilkan 0,27 ton sagu/ha).
Dengan potensi produksi sagu, Kementerian Perindustrian ingin meningkatkan penggunaan sagu sebagai bahan pangan selain beras.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian mengadakan simposium nasional industri pengolahan sagu yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya potensi dan manfaat pengembangan sagu, memperkenalkan berbagai produk pengolahan berbahan dasar sagu, dan meningkatkan pemanfaatan sagu dalam negeri. . .
Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu menghadirkan 14 pemateri yang berasal dari instansi pemerintah, akademisi dan praktisi antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Pertanian. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Daerah. Pemerintah, Lembaga Pendanaan, Akademisi dan Industri Pengolahan Sagu.
Pameran juga digelar di Lapangan Pameran Industri dan diikuti oleh 21 peserta yang terdiri dari tiga instansi pusat, lima instansi daerah, dan 13 perusahaan pengolahan sagu, kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika. .
Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama pengembangan Beras Analog Sagu Instan antara Direktorat Pangan, Hasil Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian dan Pusat Penelitian Agroindustri, l’ Badan Riset dan Inovasi Nasional.
“Penandatanganan ini merupakan wujud komitmen dan keseriusan pemerintah untuk mendorong pengembangan hilirisasi industri pengolahan sagu, dalam hal ini beras analog berbahan dasar sagu,” kata Putu.