Meski Rupiah Tertekan, Ekonom Minta Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan Demi Hal Ini

Wartawan Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Teuku Riefky (FEB UI), Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPEM), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan Bank Indonesia (BI) perlu menjaga minat BI 6.00 tarif persen bulan ini.

Hal ini didasarkan pada beberapa hal. Riefky mengatakan, tingkat inflasi secara keseluruhan pada tahun 2024 Berbaris. akan meningkat menjadi 3,05% setiap tahunnya.

Kenaikan harga pangan selama enam bulan terakhir telah memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi tahunan, yang dipengaruhi oleh tertundanya musim panen yang diundur hingga tahun 2024. Maret April

“Kenaikan harga pangan pada bulan lalu juga diperparah dengan peningkatan permintaan pangan pada bulan puasa Ramadhan,” kata Riefky, seperti dikutip dalam Laporan Survei Sektor Makroekonomi FEB UI LPEM, Rabu (24 April 2024).

Kenaikan harga pangan tercermin dari inflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang pada tahun 2024 meningkat menjadi 7,43% pada bulan Maret dari 6,36% pada tahun 2024. Februari.

Oleh karena itu, kontribusinya terhadap inflasi tahunan adalah 2,09 poin persentase.

Dia mengatakan rupee saat ini berada di bawah tekanan moneter yang parah dan arus keluar modal meningkat dalam dua minggu terakhir.

Alasannya antara lain ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sentimen “tinggi yang berkepanjangan” di The Fed.

Riefky mengatakan, rupiah mulai stabil pada level new normal sekitar Rp 16.200 per dolar selama beberapa hari terakhir, sejalan dengan sentimen “long term high” yang mulai melanda dan pengetatan moneter lanjutan. eskalasi konflik di Timur Tengah.

“Meskipun ada peluang untuk menaikkan suku bunga dasar, namun keputusan menaikkan BI rate sepertinya bukan langkah yang ideal saat ini,” kata Rivky.

Rivky menilai kenaikan suku bunga bisa merugikan sektor riil.

Selain itu, didukung cadangan devisa yang besar, Bank Indonesia diyakini memiliki beberapa pilihan kebijakan lain yang bisa dieksploitasi lebih jauh.

Oleh karena itu, kami yakin Bank Indonesia sebaiknya mempertahankan suku bunga sebesar 6,00% untuk sementara waktu, lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *