Menu Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna, Wajibkah Ada Susu? Ini Ulasan Pakar

Menu makanan bergizi gratis dirasa kurang sempurna tanpa susu, apakah wajib memenuhi nutrisi? Ini adalah penilaian ahli

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Senin (6/1/2025) menuai banyak komentar. Terutama menunya. 

Menu makanan sehat yang diberikan kepada siswa sekolah dasar dan menengah dinilai ideal karena tidak mengandung susu. 

Jadi, apakah susu penting untuk diet bergizi? 

Simak ulasan Tribunnews.com. 

Berdasarkan pantauan beberapa sekolah di berbagai daerah, susu tidak masuk dalam menu MBG mulai awal pekan ini.  

SDN 067246 Medan Jalan Flamboyan Kecamatan Medan Tuntungan berbagi dengan siswa Misalnya, program sehat dan bergizi dari Kodam I Bukit Barisan tidak mengandung susu. 

Panglima Spesialis I OMP Kolonel Arm Eric C Simanjuntak SH mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan program makan sehat bergizi pada bulan Januari mendatang.

Menurut Eric, kegiatan ini dilakukan untuk mendukung program Makan Gizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Diakuinya, susu tidak ada dalam menu yang disajikan di MBG awal pekan ini. 

Jadi bukan menu 4 sehat 5 sempurna karena yang ditawarkan menu MBG adalah ayam, sayur mayur, dan buah-buahan.

“Hari ini kita bagikan program makan sehat bergizi sesuai standar gizi anak. Ayam, sayur, buah, susu kurang satu. Jadi bukan empat, lima yang sempurna,” ujarnya. Tribun Medan.com Headline Seratus siswa SD Medan mendapat makanan sehat bergizi bergizi dari 067246 Kodam I Bukit Barisan. 

 

Namun menu ini dinilai cukup, mengingat 4 unsur sehatnya sudah lengkap. 

“Minimal empat syarat kesehatan sudah tercapai, tidak apa-apa. Kalau tidak, tidak masalah,” jelasnya.

  Pendapat ahli gizi tentang susu dalam menu MBG diperlukan

Terkait hal ini, ahli gizi Tan Shot Yen pun mengomentari pemberian susu sebagai makanan bergizi gratis.

Menurut Tan, pedoman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini belum memasukkan susu sebagai makanan bergizi lengkap.  Susu formula bayi yang baik mengandung probiotik untuk mendukung kekebalan tubuh (Shutterstock)

“Mungkin Anda akan lihat, kenapa tidak ada susu? Memang tidak ada susu. Karena kita sekarang terlibat dalam konsep gizi seimbang. IDI), Kamis (1/9/2025). 

Hal ini seharusnya memperjelas, katanya, bahwa pedoman terbaru mengenai pola makan seimbang dari Kementerian Kesehatan adalah “Isi Piringku”.

Tidak disebutkan susu dalam panduan ini. 

Sebaliknya, itu adalah makanan lengkap yang mencakup makanan utama, sayuran, lauk pauk, dan buah-buahan.

Selain itu, tidak harus selalu dari susu untuk memenuhi protein hewani. 

Ada banyak sumber protein hewani yang baik dan tersedia dengan harga murah di masyarakat.

 

Kalaupun harganya Rp 10.000 seperti Javana misalnya. Itu nasi ayam bakar. Atau ada yang pakai kecap ikan Roha, singkong rebus. Lalu buah pepaya, buah sejuta umat, imbuhnya. 

“Susu merupakan bagian dari protein hewani. Jika protein hewani berkualitas tinggi, bukan produk industri, tersedia secara lokal dan murah, mengapa tidak?” Dia menutup. Pasokan susu tergantung daerah 

Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hassan Nasbi menjelaskan, pemberian ASI tidak diwajibkan dalam program MBG setiap hari.

“Susu tidak dibutuhkan setiap hari, jadi tergantung daerahnya,” kata Hassan dikutip Selasa (7/1/2025). Pekerja beternak sapi perah di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2022). Ketujuh ekor sapi yang dipelihara tersebut menghasilkan produksi sekitar 50 liter dan diperah pada pukul 02.30 dan 13.30. Satu liter susu segar dijual seharga Rp 11.000. Varta Kota/Henry Loppulalan

Berdasarkan laporan Kepala Unit Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN), susu diberikan minimal seminggu sekali.

“SPPG (yang saya kunjungi) bilangnya susu di hari Jumat, tapi di simahi yang kami datangi hari Senin ada susunya.

“Susu minimal seminggu sekali bukan menu wajib karena persediaan susu tidak merata di setiap daerah,” ujarnya.

Namun Hasan masih belum mengetahui apakah ia akan lebih sering menyusui jika persediaannya stabil. Hasan mengatakan, hal itu merupakan kewenangan BGN.

Kata ‘tidak diketahui’ nanti berdasarkan BGN, nah porsi makan adalah porsi makanan yang dihitung kecukupan kalori, karbohidrat, dan proteinnya, ”ujarnya.

Menurut Hasan, banyak daerah yang menerima susu pada hari pertama program MBG. Ini termasuk Cimahi dan  Karawang. 

Bahkan di daerah yang dekat dengan peternakan sapi perah, kemungkinan besar Anda akan mendapatkan lebih dari satu menu produk susu per minggu.

“Mungkin masih ada lagi. Saya dengar SPPG, saya lupa, SPPG 2 atau 3 kali seminggu,” tutupnya.

Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), mengatakan menu susu hanya tersedia di daerah yang terdapat sapi perah. 

Itu sebabnya beberapa sekolah tidak menyediakan susu dalam menunya.

“Saya sudah jelaskan, susu merupakan salah satu makanan bergizi bagi daerah yang memiliki sapi perah,” kata Dadan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dadan menjelaskan, kebijakan tersebut diyakini akan berdampak besar karena setiap daerah memiliki sapi perah. Pasalnya, pemerintah tidak mau mengimpor susu untuk memberikan susu gratis dalam program pangan bergizi.

“Kami ingin program ini bukan bagian dari peningkatan impor tapi penguatan sumber daya lokal,” jelasnya.

Selain itu, daerah yang memiliki sapi perah tidak selalu memiliki menu susu, tambah Dadan. Mereka mengatakan bahwa mereka memberikan susu kepada anak-anak tersebut setidaknya tiga kali seminggu.

“Jadi agar indeksnya tetap berjalan, kami akan melakukan kombinasi sehingga di daerah yang sapinya diperah minimal 3 kali dalam seminggu,” jelasnya.

Di sisi lain, Dadan mengatakan daerah yang tidak ada sapinya nantinya akan menggunakan stik drum sebagai pengganti susu. Hal ini bertujuan untuk menggantikan kebutuhan protein.

“Jadi untuk daerah yang sementara tidak ada sapi perah, proteinnya bisa diganti dengan protein lain seperti ikan dengan telur. Sumber kalsium lain termasuk stik drum seperti yang saya sebutkan,” tutupnya.

 

(Tribunnews.com/Aisyah/Anita/Tribun Medan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *