Laporan jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Saling menyerang antara Hamas dan pejuang Israel menyebabkan defisit ekonomi militer Tel Aviv meningkat hingga 60 miliar shekel atau sekitar 16 miliar dolar selama 7 bulan terakhir.
Menurut Kementerian Keuangan Israel, anggaran tersebut dikurangi menjadi sekitar 36 persen dari total anggaran empat bulan lalu.
“Setelah tujuh bulan perang di Gaza, anggaran Israel meningkat sebesar 60 miliar syikal, meninggalkan defisit yang jauh melebihi target tahun ini sehingga menyebabkan perekonomian buruk,” jelas Kementerian Keuangan Israel seperti dikutip Al Mayadeen.
Peningkatan aktivitas militer ini disebabkan oleh berlanjutnya pembelian senjata dan peralatan tempur oleh tentara Israel, serta pendanaan perekrutan cadangan militer untuk dikirim ke Gaza guna melawan serangan Hamas yang semakin agresif.
Meskipun langkah ini dapat meningkatkan pertahanan Israel terhadap militan Hamas di Gaza, peningkatan belanja pertahanan terjadi pada saat pendapatan Israel turun 2,2 persen karena pemotongan pembayaran pajak, dan kegiatan ekspor dan impor mengalami penurunan.
Jika perekonomian Israel terus mengalami kemunduran, hal ini kemungkinan besar akan menempatkan perekonomian Israel di ambang kehancuran.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Israel akan mengalami perlambatan signifikan sehingga menyebabkan penurunan PDB sebesar 3 persen pada tahun 2024.
Sementara itu, ketika perekonomian Israel semakin suram, lembaga pemeringkat keuangan global Moody’s menurunkan prospek utang Israel menjadi “negatif” karena “risiko eskalasi” meluasnya perang antara militer Israel dengan Hamas dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon. Jual utang Israel
Setelah perekonomian negara tersebut mengalami kontraksi, pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk menjual obligasi internasional atau surat utang, dengan perkiraan nilai $4 miliar hingga $6 miliar.
“Israel bersiap untuk menjual obligasi internasional pertamanya dalam waktu dekat dalam upaya membiayai kampanye genosida di Gaza dan pasar domestik,” jelas sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Berdasarkan informasi yang beredar, surat utang yang akan dijual Israel merupakan obligasi jangka pendek dengan spread signifikan sekitar 160 basis poin terhadap Treasury AS.
Tidak hanya itu, obligasi Israel bertenor sepuluh tahun juga dijual dengan selisih sekitar 175 basis poin, sedangkan obligasi bertenor 30 tahun dijual di bawah 205 basis poin terhadap Treasury AS.
Meski penjualan obligasi tersebut langsung mengangkat perekonomian Israel ke zona aman, namun cara ini memberikan potensi keuntungan sekitar 5,8 persen bagi negara tersebut. Hutang semakin bertambah
Perang antara militer Israel dengan Hamas dan Iran tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga melumpuhkan perekonomian Tel Aviv hingga menyebabkan utang Israel meroket hingga Rp 700 triliun.
Menurut laporan Kementerian Keuangan Israel, utang negara Netanyahu sudah mencapai 160 miliar shekel atau 43 miliar dolar, sekitar Rp 696,60 triliun (kurs Rp 16.200) pada tahun 2023.
Angka itu meningkat 60,5 persen dibandingkan rasio utang pada 2022, dikutip Reuters.
Pengawas Keuangan Jenderal Yali Rotenberg menjelaskan Israel mulai mengalami pembengkakan udara, setelah negara Zionis meningkatkan belanja militernya, hingga 67 persen pada tahun 2024 untuk mendukung operasi militer di Gaza.
Akibat besarnya pertumbuhan ini, total utang publik Israel akan mencapai 62,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2023.
Situasi ini semakin meningkat dibandingkan dengan sebagian besar kegiatan ekspor dan impor yang mengalami penurunan, sementara dunia usaha mengalami kekurangan karena ratusan ribu orang diwajibkan wajib militer.
Rentetan permasalahan ini telah membawa perekonomian Israel di ambang kehancuran, Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Israel akan mengalami perlambatan signifikan yang berujung pada penurunan PDB sebesar 3 persen pada tahun 2024.
Sementara itu, ketika perekonomian Israel semakin suram, penilaian ekonomi global Moody’s telah menurunkan prospek utang Israel menjadi “negatif” karena “bahaya eskalasi” perang yang meluas antara militer Israel dan Hamas serta kelompok bersenjata Lebanon. Hizbullah.