Menlu Lebanon: Sebelum Terbunuh, Nasrallah Setujui Gencatan Senjata

TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan pemimpin Hizbullah Sayed Hassan Nasrallah mengatakan dia menyetujui gencatan senjata sebelum dia terbunuh.

“Dia setuju, ya, pihak Lebanon setuju,” Al Jazeera mengutip ucapan Bou Habib.

Menurut pengakuan Bou Habib, semua orang diajak berkonsultasi, termasuk perwakilan AS dan Prancis.

“Kami berkonsultasi dengan Hizbullah, (Ketua Parlemen Lebanon Nabih) Berri berkonsultasi dengan Hizbullah, dan kami memberi tahu perwakilan AS dan Prancis.”

Bou Habib juga mengatakan bahwa perjanjian ini telah disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Mereka memberi tahu kami bahwa Netanyahu menyetujuinya, dan kami juga mendapat persetujuan Hizbullah.” Dan Anda tahu apa yang terjadi setelah itu,” kata Habib seperti dikutip News Antiwar.

Pada 25 September 2024, Amerika Serikat, Prancis, dan sejumlah negara lainnya mengeluarkan pernyataan bersama.

Pernyataan itu menyerukan gencatan senjata Israel-Lebanon selama 21 hari.

Namun, saat Netanyahu menghadiri Majelis Umum PBB di New York, ia membantah rumor tersebut.

Dia membantah bahwa Israel telah menyetujui kesepakatan tersebut.

Para pejabat AS mengatakan kepada media bahwa mereka telah menyetujui tawaran gencatan senjata dengan Israel dan “kesal” karena Netanyahu menolaknya.

Namun, AS tidak memberikan tekanan nyata pada Israel untuk menyetujui gencatan senjata. 

Terakhir, pada 27 September 2024, Netanyahu memerintahkan serangan udara besar-besaran dari sebuah hotel di New York yang menewaskan Nasrallah.

Kabar meninggalnya Nasrallah dibenarkan Hizbullah pada Sabtu (28/9/2024).

“Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayed Hassan Nasrallah telah bergabung dengan rekan-rekan besarnya dan para martir abadi yang dipimpinnya selama hampir 30 tahun,” kata Hizbullah dalam pernyataannya, seperti dikutip The New Arab.

Pernyataan Hizbullah terkonfirmasi hanya beberapa jam setelah klaim Israel.

Sesaat sebelum Hizbullah mengumumkan kabar duka tersebut, sumber yang dekat dengan gerakan Lebanon mengatakan bahwa Nasrallah kehilangan kontak pada Jumat malam.

Nasrallah, yang memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, adalah sasaran paling kuat Israel yang terbunuh dalam beberapa minggu pertempuran sengit dengan Hizbullah.

Hizbullah telah bersumpah untuk melanjutkan balas dendamnya atas pembunuhan Nasrallah yang dilakukan Israel.

Sepekan terakhir, Hizbullah dan Israel terlibat baku tembak.

Israel juga mengakui telah mengalihkan fokus operasinya dari Gaza ke Lebanon dalam beberapa hari terakhir.

Lebih dari 700 orang tewas akibat pemboman Israel.

Lebih dari 200.000 warga Lebanon mengungsi.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel lain terkait Bou Habib, Hassan Nasrallah dan Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *