Menko Zulhas Ajak Masyarakat Jadi Petani Kopi, 3 Tahun Bisa Pergi Umrah

 

Reporter Tribunnews.com, Indrapta Pramudhiaz melaporkan

 

Tribun News.com, Jakarta – Menteri Pangan (MENCO) Zulkifli Hasan mengajak para petani kopi untuk mewujudkan tujuan Indonesia mencapai swasembada pangan.

Menurutnya, nilai tukar Rp 153 untuk tanaman yang ditanam petani kecil menunjukkan kemakmuran daerah tersebut.

Ada kepercayaan populer bahwa seseorang dapat memperoleh penghasilan yang baik dengan menjadi petani kopi.

“Kalau punya kebun kopi satu hektar, bisa beli mobil itu setahun, bisa menyekolahkan anak ke Jawa.”

“Nilai tukarnya tinggi sekali, dua atau tiga tahun lagi bisa umrah,” kata Zulkifli, sapaan akrab Zulhas, dalam acara “Kampanye Nasional Pangan Merah Putih untuk Kemandirian Pangan Berkelanjutan” di Kementerian Pertanian Daerah Selatan. Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Ia juga menyinggung kemungkinan produksi kelapa yang dinilai menguntungkan selain kopi. Hal ini tercermin dari permintaan kelapa global yang diprediksi Julhaas akan semakin membaik.

“Jangan anggap enteng. Selama dewa pecinta kelapa lahir, dewa pecinta kelapa tumbang, tinggal kita ambil buahnya. Lalu kita harus berevolusi,” kata Sulhas.

“Saat ini Eropa kebanyakan tidak minum susu hewani, kebanyakan minum santan,” tambahnya.

“Makanya kelapa laris manis. Kalau tanam kelapa 4m sudah berbuah, jangan sampai melebihi 15m. Butuh waktu lama,” kata Sulhas.

Sulhas menegaskan, target swasembada pangan pada tahun 2028 telah tercapai oleh Presiden Prabowo Subanto.

“Atas arahan presiden kita yang mengkampanyekan swasembada pangan pada tahun 2028 dan kemajuan Indonesia 10-15 tahun ke depan, saya akan berangkat dengan tulang rahang di bawah Menteri Pertanian, Menteri Desa, dan Tuhan. bersedia, kita bisa mencapainya.” kata Sulhas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Kisan (NTP) pada Oktober 2024 sebesar 120,70 atau meningkat 0,33 persen dibandingkan September 2024.

Akibat kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,04 persen dan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 0,38 persen, maka NTP mengalami kenaikan.

Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan rakyat yang meningkat sebesar 1,65 persen dari 153,79 pada September 2024 menjadi 156,32 pada Oktober 2024.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 160 persen dan indeks yang dibayarkan petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen.

Kelapa sawit, karet dan kelapa merupakan komoditas yang paling mempengaruhi indeks harga yang diterima petani kecil pada subsektor tanaman komersial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *