Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Rita Febriani.
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Saat ini, transformasi digital tidak bisa dihindari. PT Semen India (Persero) Tbk (SIG) juga mengambil langkah digitalisasi untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar industri semen dalam negeri.
Upaya digitalisasi yang diterapkan SIG juga mendapatkan penghargaan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) atas upaya digitalisasi dalam operasionalnya.
SIG memenangkan INDI 4.0 2024 dalam kategori Teknologi Berkelanjutan untuk keunggulan operasional dan use case pabrik semen berkelanjutan yang mengandalkan kontrol proses lanjutan dengan PXP, kontrol kualitas dengan QCX Robolab, dan teknologi pemulihan panas limbah dan pembangkit listrik (WHRPG). Tentang kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, perintah penambangan digital, dan model kontrol prediktif di pabrik Tuban Jawa Timur.
PT Semen Gresik, anak perusahaan SIG, telah mengembangkan digitalisasi terintegrasi yang “kuat” (manajemen energi, optimalisasi sumber daya, kualitas data, pemantauan dan hasil analisis secara real-time) dengan mengembangkan dashboard dan laporan real-time, pemeliharaan cerdas mencapai gelar ini. & Digitalisasi Menerapkan produksi dan optimasi mandiri di pabrik di Lembang, Jawa Tengah.
Pada tahun 2024, SIG menerima penghargaan INDI 4.0 bersama tujuh perusahaan lainnya yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Perusahaan-perusahaan unggulan meraih hasil positif dalam upaya mereka menerapkan transformasi industri 4.0.
Pemimpin industri ini memenuhi kriteria transformasional seperti pengurangan konsumsi energi sebesar 4-40 persen, peningkatan produktivitas tenaga kerja sebesar 5-22 persen, dan pengurangan biaya produksi sebesar 3-78 persen.
Melalui berbagai inisiatif sejalan dengan era Industri 4.0, SIG telah mencapai peningkatan signifikan dalam efisiensi operasional dan kualitas produk.
Pemanfaatan teknologi digital dilakukan melalui GIS sejak tahun 2019.
“Kami menggabungkan pengetahuan semua kalangan dan mereplikasi teknologi. Hasilnya, 48% dari seluruh peralatan utama yang dimiliki SIG kini menggunakan teknologi digital,” kata Direktur Produksi SIG Renee Wulandari dalam wawancara eksklusif dengan Tribunnews. Com.
Bahkan saat ini penggunaan teknologi digital pada GIS mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2027, digitalisasi diharapkan dapat diterapkan sepenuhnya di pabrik semen SIG.
Penggunaan teknologi digital oleh SIG dalam operasionalnya memperkuat komitmen perusahaan untuk mendukung pemerintah mencapai emisi net-zero pada tahun 2050. Selain itu, penggunaan teknologi digital sangat penting untuk mengatasi tantangan bisnis industri semen Indonesia. Implementasi transformasi digital GIS di pabrik anak usaha PT Semen Gresik di Lembang, Jawa Tengah raih penghargaan INDI 4.0
Reni mengatakan, situasi industri semen di Indonesia saat ini menunjukkan kapasitas terpasang melebihi permintaan pasar.
“Hal ini tentunya akan menggairahkan industri semen. Dalam hal ini, selain mencapai efisiensi dan cost leader, SIG juga harus mampu memenuhi persyaratan lingkungan dan aspek terkait dekarbonisasi.”
Digitalisasi dalam GIS diterapkan melalui pengoptimal pabrik, yang menggunakan kontrol proses tingkat lanjut dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi.
Kontrol proses tingkat lanjut membantu SIG meningkatkan produktivitas dan mengurangi panas dan daya. Dengan cara ini, Plant Optimizer membantu SIG menghasilkan produk ramah lingkungan dengan tetap menjaga kualitas.
“Jadi teknologi kontrol proses yang canggih menggunakan database operasional untuk implementasinya. Pabrik-pabrik ini awalnya tidak memasang sensor, tetapi sekarang mereka telah memasang semua sensor dan terhubung untuk mengontrol proses produksi secara efektif dan mencegah kecelakaan dan kecelakaan dari proses operasional yang sebelumnya terganggu. ,” jelasnya. Digitalisasi mengurangi biaya produksi dan emisi
Berdasarkan perhitungan, penerapan teknologi Industri 4.0 oleh SIG akan mengatasi permasalahan bisnis dan memberikan dampak finansial dan operasional yang signifikan. Dengan teknologi digital, Reni mengaku bisa menekan biaya produksi yang harus ditanggung SIG.
Renee mencontohkan bagaimana SIG menerapkan plant optimizer yang dapat menstabilkan dan meningkatkan laju produksi, mengurangi konsumsi energi, dan menghilangkan potensi masalah produksi.
“Sehingga pada tahun 2024 kita bisa menekan biaya produksi secara signifikan,” kata Rennie.
Selain itu, konsumsi energi panas dapat dikurangi, misalnya sebesar 3 persen. Dengan begitu, Anda dapat mengurangi konsumsi daya sebesar 2%. Selain itu, produktivitas tenaga kerja untuk mesin-mesin utama meningkat sebesar 2-6%.
Hal penting lainnya adalah kontribusi penurunan emisi CO2 pada tahun ini, kata Rennie. Melalui penerapan program digitalisasi tersebut, SIG telah berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 5,5 juta ton secara konsolidasi.
“Jika penghematan ini diakumulasikan pada tahun 2024, berarti ada penghematan sebesar Rp 199 miliar karena penerapan teknologi digital,” ujarnya.
Penerapan Transformasi Industri 4.0 pada industri semen merupakan salah satu langkah menuju pencapaian keunggulan operasional. Hal ini mencakup peningkatan persyaratan lingkungan, keselamatan, kualitas produk, dan efisiensi proses produksi. Sehingga pada akhirnya dapat mendorong persaingan dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.
Mengingat industri semen merupakan industri yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan baku dan bahan bakarnya, Reni mengatakan perlunya penerapan prinsip keberlanjutan dalam operasional bisnisnya.
Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah digitalisasi pabrik untuk menggunakan metode dan material yang ramah lingkungan dan mengurangi karbon dalam proses produksi semen.
“Pada saat yang sama, kami terus memproduksi produk dengan kelas dan kualitas yang sama, yang kami sebut semen hijau,” jelas Rennie.
Dalam GIS, digitalisasi dipandang sebagai cara untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan industri. Tantangan penerapan digitalisasi di industri semen
Keberhasilan GIS dalam mengimplementasikan teknologi digital bukannya tanpa tantangan. Pak Reni membahas beberapa tantangan yang dihadapi GIS dalam penerapan Industri 4.0. Yang pertama adalah memilih teknologi yang tepat.
Ia tidak memungkiri, ada beragam pilihan teknologi yang tersedia saat ini. Namun, pilihan teknologi harus selaras dengan tujuan perusahaan. GIS sendiri membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mengevaluasi berbagai teknologi yang tersedia.
Kedua, penerapan teknologi memerlukan investasi awal yang besar, sehingga perusahaan harus berhati-hati saat melakukan studi kelayakan untuk memastikan mereka dapat mencapai laba atas investasi yang realistis.
Dalam menghadapi tantangan ini, SIG fokus pada keberlanjutan jangka panjang dan menerapkan identifikasi risiko dan mitigasi dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan, kata Rennie.
Ketiga, tantangan untuk mengubah cara berpikir dan bekerja karyawan berdampak pada operasional industri semen, terutama sejak pabrik semen didirikan jauh sebelum digitalisasi. Misalnya SIG yang memiliki pabrik tertua yang didirikan pada tahun 1910.
Menurut Leni, transformasi digital juga berarti mengubah cara kerja dan berpikir pegawai. Hal ini penting karena yang menjalankan pabrik semen Industri 4.0 adalah karyawan.
“Kita perlu mengubah pola pikir pekerja di industri semen, mengubah cara kerja, dan mampu beradaptasi dengan teknologi. Ya, ini bukan tugas yang mudah,” ujarnya.
Keempat, tantangan muncul dari sektor konsumen. Jika perlu meningkatkan kesadaran konsumen dan dukungan terhadap produk ramah lingkungan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Reni mengatakan perlu adanya edukasi kepada konsumen mengenai produk semen yang ramah lingkungan, seraya menambahkan: “Jadi terkadang konsumen sudah terbiasa dengan jenis tertentu. Ketika keluar jenis baru, mereka menjadi terbiasa. Dalam hal ini, pendidikan dan dukungan diperlukan,” tambah Leni.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, SIG menerapkan metode kerja yang efektif. Hal ini untuk memastikan transformasi teknologi hijau dilakukan secara terstruktur dengan dampak finansial dan operasional yang terukur terhadap kemajuan bisnis.
“Kami juga telah membuat peta jalan yang rinci, dimulai dengan proyek percontohan dan akhirnya diperluas ke pabrik lain yang layak,” kata Reni.
Seiring berjalannya implementasi Industri 4.0 di SIG, Direktur Operasional SIG menjelaskan bahwa selain target produksi penuh di seluruh pabrik pada tahun 2027, digitalisasi juga akan terus berlanjut di aspek lainnya.
Dari sisi penjualan dan pemasaran, SIG berupaya mengembangkan platform digital yang dapat beradaptasi dengan pelanggan di era ini.
“Kami juga menawarkan solusi berbasis layanan atau solution centric, dimana kami tidak hanya menjual semen saja, tapi juga jasa dan produk pendukungnya, tentunya ini adalah produk yang lebih ramah lingkungan dan disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. .
Kedua, di sisi distribusi, SIG menerapkan sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk membantu pengelolaan distribusi dengan lebih efisien.
Secara internal, SIG juga menggunakan alat dan sistem yang menyederhanakan proses bisnis internal dan mengurangi birokrasi.