Menhan AS dan Israel Ngobrol via Telepon, Ini yang Mereka Bahas

TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Israel Yov Gallant berbicara melalui telepon pada Minggu (5 Mei 2024).

Saat itu, keduanya membahas perang Israel dengan Hamas dan perjanjian pembebasan yang diharapkan untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.

Sekretaris Pers Pentagon, Mayor. Jenderal. Pat Ryder menjelaskan dalam pernyataannya bahwa Austin dan Galante juga bertukar pandangan mengenai upaya kemanusiaan dan situasi di kota Rafah di Gaza selatan.

“Menteri (Lloyd Austin) menegaskan kembali komitmennya untuk mengembalikan semua sandera,” kata Ryder mengutip Al-Arabiya.

Terkait serangan Rafah, Amerika Serikat menekankan perlunya rencana yang kredibel untuk mengevakuasi warga sipil Palestina dan mempertahankan bantuan kemanusiaan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad untuk menyerang Rafah meskipun ada rencana untuk menyerang kota tersebut, yang menghadapi tentangan internasional.

Tujuan Netanyahu tidak lain adalah melenyapkan sisa teroris Hamas di Gaza.

Diketahui bahwa warga Gaza yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang masih bertahan di Rafah, sebuah kota di selatan perbatasan dengan Mesir.

Rafah saat ini menjadi rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina.

Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sekitar 34.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza dan 78.000 lainnya terluka, Al Jazeera melaporkan.

Perang Israel telah berlangsung selama tujuh bulan dan telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa 85% penduduknya mengungsi di tengah pemotongan besar-besaran makanan, air bersih dan obat-obatan, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, Anadolu Agency melaporkan.

Keputusan lain pada bulan Januari mengatakan pembunuhan Israel di Gaza “dapat dibenarkan.”

Tel Aviv juga diperintahkan untuk menghentikan operasi tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa bantuan sipil diberikan kepada warga sipil di sana.

Baru-baru ini, Netanyahu menolak menyerukan diakhirinya serangan Gaza dengan imbalan Hamas.

Ia juga mengatakan bahwa mengakhiri perang sekarang akan memungkinkan faksi-faksi Palestina untuk tetap berkuasa.

Rafah merupakan bagian terakhir Jalur Gaza yang tersisa yang hingga saat ini belum diinvasi Israel.

Namun kemarin, Minggu (5 Mei 2024), Israel dikabarkan melancarkan serangan udara di Rafah.

Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan pada Senin (5 Juni 2024) bahwa sembilan warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Rafah.

“Sekitar tengah malam, sebuah pesawat Israel menewaskan 9 warga Palestina, termasuk seorang anak, di sebuah rumah di Rafah,” Al Arabiya mengutip pernyataan pejabat kesehatan Gaza.

Ini menjadikan jumlah warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel dalam satu hari menjadi 19 orang.

Pesawat Israel datang tak lama setelah kelompok teroris Hamas Brigade Qassam mengaku bertanggung jawab atas serangan Kerem Shalom di Gaza pada Minggu (5 Mei 2024).

Militer Israel mengatakan serangan roket oleh Brigade Qassam menewaskan tiga tentara IDF.

Sebelumnya diberitakan, upaya menghentikan perang antara Israel dan Hamas di Gaza terus berlanjut.

Bahkan, baru-baru ini Direktur CIA William Burns mengunjungi Doha dan bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Sumber yang mengetahui proses tersebut mengatakan pada Minggu (5/5/2024) bahwa pertemuan itu bertujuan untuk memaksa Israel dan Hamas melanjutkan perundingan.

Direktur CIA mengunjungi Qatar sebagai bagian dari negosiasi untuk mengakhiri perang antara Israel dan Hamas.

Putaran terakhir perundingan antara mediator dan Otoritas Palestina berakhir di Kairo pada hari Minggu, dengan Israel dan Hamas secara terbuka saling mengkritik karena gagal mencapai kesepakatan.

Qatar telah menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan politik Hamas dengan dukungan Washington sejak tahun 2012 dan merupakan rumah bagi kehadiran militer AS terbesar di wilayah tersebut.

Pemimpin sayap politik Hamas berada di Qatar, NHK melaporkan.

Menurut Hindustan Times, Qatar, Amerika Serikat dan Mesir telah terlibat dalam pembicaraan berturut-turut selama berbulan-bulan untuk memfasilitasi pembicaraan antara Israel dan Hamas.

Harapan untuk mengakhiri perang di Gaza semakin menipis setelah Hamas meningkatkan tuntutannya terhadap Israel untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera.

Reuters mengutip Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan bahwa sayangnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak permintaan tersebut.

(Tribunnews.com, Andari Ulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *