Menggagas Pendidikan Berbasis Ilmu Golongan Darah

Mungkinkah memulai dunia pendidikan berdasarkan pengetahuan golongan darah (selanjutnya disebut Golda)? Atau dengan rumusan pertanyaan yang lebih rinci: “Mungkinkah ilmu Golda (golongan/golongan darah) digunakan untuk merancang bentuk dan arah dunia pendidikan, termasuk bentuk program dan bentuk pengajarannya?”, model tugas mata pelajaran. atau mata pelajaran untuk siswa (tugas/penilaian), bagaimana cara mengevaluasi siswa, mengetahui bakat, minat siswa, dll?

Tentu saja, tidak ada yang mustahil di sini “di bawah bulan”. berhubungan dengan kesehatan, penyakit, pola makan atau transfusi darah. Misalnya Golda O yang harus mengonsumsi makanan agar tubuhnya tetap sehat. Atau Golda O cenderung tidak mengalami gejala malaria tertentu namun rentan terinfeksi bakteri Helicobacter. pilori.

Jarang atau sulit ditemukan bahwa ilmu tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan lain, termasuk dunia pendidikan. Bahkan ilmu Golda juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan sosial individu dalam masyarakat, seperti pendidikan, olah raga, hubungan antaragama, perencanaan kerja, pembangunan rumah tangga, dan lain-lain. Apakah Golda penting untuk pendidikan?

Menurut Australian Academy of Science (AAS), golda pada dasarnya adalah antigen, yaitu berbagai gula dan protein di permukaan sel kita, termasuk sel darah. Antigen apa yang kita miliki dan/atau tidak miliki dalam sel darah merah kita menentukan jenis emas kita. Antigen ini diturunkan (ditentukan secara genetik) yang diturunkan dari generasi ke generasi dari campuran genetik orang tua kita. Masih menurut AAS, ada banyak sistem golda namun yang paling umum adalah dua golongan golda: ABO dan Rh (Rhesus).

Sistem ABO, dibagi menjadi empat kelompok emas (A, B, AB dan O), bergantung pada ada tidaknya antigen A dan B dalam sel darah merah kita. Golda A hanya memiliki antigen A, golda B hanya memiliki antigen B, golda AB memiliki kedua antigen tersebut, dan O memiliki keduanya. Sedangkan sistem Rh diukur dari ada/tidaknya molekul dalam sel darah kita dan yang terpenting adalah protein yang disebut RhD. Jika seseorang mempunyai Rh positif maka ia mempunyai Rh positif, sebaliknya jika seseorang mempunyai Rh negatif.

Pengetahuan mengenai sistem Golda menjadi penting karena tidak hanya menyangkut permasalahan kesehatan manusia namun juga fenomena sosial, kemanusiaan, dan kemasyarakatan, termasuk dunia pendidikan. Selain itu, wawasan tentang sistem golda diyakini penting tidak hanya untuk keperluan transfusi darah atau untuk mengenali tingkat kekebalan dan kerentanan terhadap berbagai penyakit, tetapi juga untuk memahami beberapa sifat, sifat “bawaan” dan kebiasaan yang ada. di setiap emas. . dan karakteristik golongan darah

Dengan kata lain, setiap golda mempunyai atau menyimpan ciri-ciri genetik tertentu yang “melekat”, ciri-ciri, dan perilaku yang penting untuk dikenali agar permasalahan sosial-pribadi dapat dikelola dengan lancar, baik, hati-hati dan tepat.

Dalam konteks dunia pendidikan, pengetahuan emas penting antara lain untuk mengetahui perbedaan perilaku siswa, mengembangkan muatan kurikulum mandiri yang sesuai, dan mencari model pengajaran yang tepat bagi setiap siswa.

Selama ini sekolah dan guru cenderung menggunakan model, bentuk atau proses pengajaran yang sama atau seragam dan berlaku untuk semua (one for all). Oleh karena itu dikatakan tidak efektif dan tidak efektif karena setiap siswa mempunyai kecenderungan, minat, keterampilan dan cara/metode yang berbeda dalam menyerap mata pelajaran, memahami bacaan dan mengerjakan tugas mengajar.

Di sini antara lain penting untuk mengenal dan memahami sistem golda, khususnya bagi guru/dosen, pemangku kepentingan dan pengawas sekolah agar mampu menekankan dengan jelas dan tepat keberagaman dan kompleksitas peserta didik. Golda dan kemajuan pendidikan

Apakah ada jaminan dengan menerapkan model pendidikan berbasis emas, dunia pendidikan Indonesia di masa depan akan lebih baik?

Tentu saya tidak bisa menjamin seratus persen, jika cara ini diterapkan maka dunia pendidikan Indonesia akan berkembang dan maju. Namun tidak ada salahnya menerapkan cara ini untuk melihat hasil dan mengevaluasi keluarannya.

Sampai saat ini telah banyak model pengajaran yang berbeda-beda yang diterapkan, misalnya model pengajaran langsung, dimana guru secara langsung mentransfer pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kepada siswa melalui ceramah, tanya jawab.

Terdapat pula model pembelajaran berbasis masalah yang mendorong pemikiran kreatif siswa terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Model lainnya adalah pembelajaran berbasis inkuiri, yang memandang siswa sebagai subjek (bukan objek) dalam proses pembelajaran dan menekankan pemikiran kritis siswa dalam memahami teks dan permasalahan sosial yang berkembang di masyarakat.

Ada model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran kolaboratif, model pembelajaran kontekstual, pendekatan sosial budaya, pendekatan sidik jari dalam menemukan potensi siswa dan bahkan saat ini saya sering mendengar model pembelajaran yang menggunakan teknik hipnosis.

Tentu saja model atau metode pengajaran apa pun bisa diterapkan asalkan digunakan untuk tujuan positif, yaitu memajukan pendidikan Indonesia di dunia. Akademi Golda Indonesia

ABO Human Science Center atau NOMI Institute di Jepang yang dipimpin oleh Chieko Ichikawa merupakan salah satu dari sedikit organisasi yang mencoba menerapkan ilmu emas dalam dunia pendidikan dan bidang lainnya. Untuk Indonesia, model ini diperkenalkan oleh Eva Dipanti, seorang praktisi emas dan trainer asal Sangatta, Kalimantan Timur, yang mendapat izin dari ABO Human Science Center untuk mempraktekkan ilmu tersebut di Indonesia.

Setelah itu Eva Dipanti mendirikan Yayasan Golda Academy Indonesia yang saya awasi. Yayasan ini mendirikan Institut Golda sebagai pusat pelatihan dan penelitian ilmu golda untuk penerapannya di berbagai bidang kehidupan termasuk pendidikan, olahraga dan hubungan antar masyarakat dan agama.

Semoga organisasi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia yang pendidikan Indonesia masih kurang, belum optimalnya sektor olah raga dan hubungan antar umat beragama yang masih jauh dari rasa hormat dan toleransi serta pluralisme. (aplikasi/ponsel)

Sumanto Al Qurtuby

Pendiri Institut Nusantara dan Dosen Universitas Perminyakan dan Mineral King Fahd

*Setiap artikel yang dimuat di #DWNesia adalah tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *