Mengenal Koridor Philadelphi yang jadi Incaran Netanyahu, Kini Berhasil Dikuasai Israel

TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel mengklaim kendali penuh atas Koridor Philadelphia di perbatasan Gaza-Mesir pada Rabu (29/5/2024).

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan partainya telah memperoleh kendali “operasional” atas Koridor Philadelphia.

Namun Hagari tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan pengendalian “operasional”.

Namun, seorang pejabat militer Israel sebelumnya mengatakan ada “sepatu bot Israel di darat” di beberapa bagian Koridor Philadelphia.

Koridor Philadelphia berfungsi sebagai jalur oksigen bagi Hamas, yang sering digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Jalur Gaza, kata Hagari seperti dikutip The Guardian.

Sementara itu, kantor berita Mesir, Al-Qahera News, melaporkan bahwa “sumber tingkat tinggi Mesir” mengatakan Israel menggunakan terowongan di bawah perbatasan Mesir di Gaza untuk menutupi serangan terhadap Rafah.

“Laporan media Israel mengenai keberadaan terowongan di perbatasan Mesir dengan Gaza adalah salah,” kata sumber tersebut kepada Al-Qahera News.

“Israel menggunakan tuduhan ini untuk membenarkan operasi lanjutan di kota Rafah, Palestina, dan memperpanjang perang untuk tujuan politik,” lanjutnya.

Jadi apa sebenarnya Koridor Philadelphia itu?

Mengutip Mesir masa kini, Koridor Philadelphia, yang juga dikenal sebagai Poros Salah al-Din, mengacu pada hamparan tanah di sepanjang perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza.

Wilayah ini termasuk dalam Area D Semenanjung Sinai, sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian damai tahun 1979 antara Mesir dan Israel.

Porosnya membentang dari Laut Mediterania di utara hingga Celah Kerem Shalom di selatan, menempuh jarak sekitar 14 kilometer.

Perjanjian perdamaian Mesir-Israel memberlakukan pembatasan numerik dan kualitatif pada penempatan pasukan di kedua sisi perbatasan, termasuk Koridor Philadelphia sisi Mesir.

Israel mengendalikan Koridor Philadelphia sebagai bagian dari yurisdiksi Area D sampai Israel menarik diri dari Gaza dan menyerahkannya kepada Otoritas Palestina pada tahun 2005.

Pada tahun yang sama, perjanjian baru ditandatangani untuk mengatur kehadiran pasukan di koridor tersebut, memungkinkan koordinasi keamanan Mesir-Israel.

Mesir mempertahankan jumlah pasukan terbatas di zona Porosnya untuk mencegah infiltrasi dan penyelundupan.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa Israel berencana membangun penghalang bawah tanah di kawasan Koridor Philadelphia.

Kawasan strategis ini tetap menjadi titik fokus dalam perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Gaza, dan kendali atas koridor Philadelphia menjadi isu kontroversial dalam upaya mencapai stabilitas regional. Mesir memperingatkan tentara Mesir Israel di perbatasan. Pada Senin (27/5/2024), tentara Mesir menembaki tentara Israel di perlintasan perbatasan Rafah setelah berminggu-minggu ketegangan antara kedua negara yang dipicu oleh serangan IDF di Rafah. (berita)

Sejak awal perang, Kairo sudah merasakan keinginan Israel untuk melancarkan operasi dari koridor ini untuk menyerang Gaza.

Dikutip dalam L’Orient Today, Mesir memperingatkan Israel bahwa mereka akan menganggap hal tersebut sebagai pelanggaran perjanjian internasional.

Namun, media Israel mengungkapkan pada akhir Desember bahwa pasukan Israel melakukan operasi di dekat penyeberangan Karm Abu Salem (Kerem Shalom di sisi Israel), menggunakan Koridor Philadelphia.

Meskipun informasi ini diberitakan oleh banyak media regional, Otoritas Palestina dan pejabat Mesir dengan cepat membantahnya.

Dihadapkan pada penduduk yang sangat pro-Palestina, Kairo berada dalam situasi yang sulit.

Negara ini harus menolak migrasi paksa masyarakat Gaza, khususnya di Sinai, namun tidak bisa sepenuhnya berpaling dari tetangganya, Israel, dan sekutunya, Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, rezim Abdel Fattah al-Sisi membenci Ikhwanul Muslimin, tempat lahirnya Hamas.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *