TRIBUNNEWS.COM – Kota Jenin, benteng pertahanan Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, telah menjadi pusat konflik antara pasukan Israel dan Palestina dalam beberapa tahun terakhir.
Tentara Israel menewaskan sedikitnya 9 orang dalam operasi besar di Jenin dan kota-kota Tepi Barat lainnya pada Rabu (28/8/2024).
Berbicara kepada Reuters, berikut fakta Jenin: kamp
Jenin adalah kota kecil di pegunungan, di ujung utara Tepi Barat, dekat perbatasan Israel.
Di Jenin, terdapat kamp pengungsi dengan nama yang sama yang terbuat dari plester dan batako, yang menampung sekitar 14.000 orang.
Kamp Jenin adalah rumah bagi keturunan warga Palestina yang melarikan diri ketika Israel didirikan pada tahun 1948.
Kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan.
Jenin memiliki salah satu tingkat pengangguran dan kemiskinan tertinggi di antara 19 pemukiman di Tepi Barat, menurut UNRWA, badan PBB yang menyediakan layanan dasar bagi pengungsi Palestina. Pasukan Israel menghancurkan infrastruktur jalan dan merusak properti Palestina di Tepi Barat. (khaberni) Tentara
Pasukan ditempatkan di Jenin.
Kelompok tersebut, yang dikenal sebagai Brigade Jenin, beranggotakan pejuang dari Hamas, Jihad Islam, dan Brigade Martir al-Aqsa Fatah.
Militer Israel kerap menuduh militer menempatkan senjatanya di kota-kota terbesar, seperti pangkalan militer.
Banyak orang diyakini tinggal di kamp Jenin, seringkali bersama keluarga mereka.
Sejak Maret 2022, Jenin dan pinggiran utaranya di Tepi Barat telah menjadi sasaran serangan Israel. Situs Otoritas Palestina (PA).
Jenin adalah kubu partai Fatah yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, 88 tahun.
Popularitas Fatah dibayangi oleh Hamas dan Jihad Islam.
Kekuatan Hamas dan Jihad Islam semakin meningkat akibat pasifnya aparat keamanan Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin Abbas dan didukung Barat.
Abbas menjalankan kekuasaan absolut di beberapa bagian Tepi Barat.
Menurut Israel, kamp Jenin adalah pusat perencanaan dan persiapan serangan serta tempat berlindung yang aman bagi pejuang yang didukung Hamas atau Jihad Islam. Medan Pertempuran selama Intifada Kedua
Jenin menjadi tempat kekerasan terburuk yang dilakukan pasukan Israel selama intifada kedua (2000-2005).
Intifada kedua dimulai setelah gagalnya perundingan perdamaian yang didukung AS pada tahun 2000 dan kemudian berubah menjadi konflik bersenjata antara pasukan Israel dan Palestina.
Pada bulan April 2002, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap kamp pengungsi Jenin.
Menurut laporan PBB yang diterbitkan pada Agustus 2002, 52 warga Palestina tewas dalam serangan terhadap Jenin.
Separuh dari mereka adalah warga sipil, meski Israel kehilangan 23 tentara di sana. Pasukan Khusus Israel (IDF) menyerang kota-kota di Tepi Barat. (khaberni/HO) Kejahatan Terakhir
Jenin sekali lagi menjadi medan pertempuran antara pasukan Palestina dan pasukan Israel.
Kekerasan di Jenin masih berlanjut hingga saat ini.
Pada bulan Mei tahun lalu. Tentara Israel membunuh 10 warga Palestina dan melukai 25 lainnya.
Seorang dokter dan seorang pemuda termasuk di antara mereka yang tewas dalam operasi skala besar yang melibatkan beberapa kendaraan militer.
Pada bulan Juni, tentara Israel membunuh tiga warga Palestina dan melukai sedikitnya 13 lainnya dalam serangan di Jenin.
Bulan ini, Israel mengatakan dua militan Hamas tewas dalam serangan terhadap kendaraan mereka di Jenin. Peta Jenin (Tepi Barat) dan Jalur Gaza Peta Jenin (Tepi Barat) dan Jalur Gaza (Metro)
Kota Jenin terletak di Tepi Barat Palestina.
Tepi Barat terletak di dekat pantai Mediterania di wilayah Levant, bagian dari Wilayah Palestina.
Jenin berbatasan dengan Yordania di timur dan Israel di selatan, barat, dan utara.
Sementara itu, kamp pengungsi Jenin didirikan pada tahun 1953 untuk menampung warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka selama dan setelah Perang Palestina tahun 1948, menurut Metro UK.
Kamp tersebut telah menjadi lokasi beberapa peristiwa yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina, termasuk Pertempuran Jenin tahun 2002 antara pejuang Israel dan Palestina, dan pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen tahun lalu.
Sejak didirikan, tempat perlindungan tersebut telah menjadi benteng bagi pasukan Palestina dan dikenal oleh orang Palestina sebagai “Ibukota Para Martir” dan bagi orang Israel sebagai “Sarang Lebah”.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)