Mengapa Langit Berwarna Oranye saat Sore Hari? Ini Proses Pembentukan Warna Oranye di Langit

TRIBUNNEWS.COM – Di bawah ini penjelasan mengapa langit berwarna jingga pada siang hari dan proses terbentuknya jeruk di langit.

Langit biasanya terlihat berwarna oranye pada sore hari atau saat matahari terbenam.

Dikutip Kompas.com, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, warna oranye muncul di langit karena spektrum matahari lebih oranye.

Hal ini disebabkan adanya molekul dan partikel kecil di atmosfer.

Jika matahari berada jauh dari ufuk (cakrawala), maka warna langitnya biru, seperti yang terjadi pada siang hari.

Menjelang sore, posisi matahari lebih dekat ke cakrawala, sehingga lebih banyak warna biru yang tersebar.

Saat matahari terbenam, langit biasanya berubah menjadi kemerahan.

Perubahan warna tersebut terjadi karena warna merah mempunyai panjang gelombang terpanjang.

Pada kondisi tertentu, seperti saat musim hujan, biasanya langit berubah warna menjadi oranye atau ungu pada sore hari, bukan kemerahan.

Warna jingga atau ungu disebabkan oleh banyaknya partikel air (kelembaban tinggi), awan, dan debu di atmosfer.

“Nah, saat matahari dekat dengan ufuk, warna kemerahannya masih dihamburkan awan, sehingga bertumpuk pada latar belakang biru. Jadi ilusi campuran kemerahan dan kebiruan menjadi ungu dan atau oranye,” Tony menyimpulkan. .

Pemandangan langit sore berwarna jingga yang dikenal dengan hamburan Rayleigh, dikutip dari kids.grid.id.

Istilah Raelyn diambil dari nama seorang fisikawan Inggris di Universitas Cambridge, yaitu Lord Raelyn.

Ia diketahui memberikan kontribusi besar terhadap teori fisika.

Teori hamburan Rayleigh dapat dipraktikkan dengan menggunakan prisma untuk mengubah cahaya dari aslinya berwarna putih.

Berikut penyebab dan proses terbentuknya warna oranye di langit sore:

Sinar matahari yang menyinari Bumi memiliki gelombang cahaya dengan panjang gelombang berbeda-beda yang merambat melalui ruang hampa.

Ketika cahaya menembus atmosfer bumi, gelombang cahaya tersebut menghantam partikel-partikel di udara, seperti debu, tetesan air, dan kristal es.

Besar kecilnya gelombang cahaya yang tampak begitu kecil, memantul ke berbagai arah.

Gelombang cahaya yang lebih kecil dari 1:1.000.000 meter dapat berinteraksi dengan molekul gas kecil yang menyusun udara itu sendiri.

Pada siang atau senja hari, matahari berada di bawah cakrawala.

Inilah sebabnya mengapa lebih banyak sinar matahari yang melewati udara saat matahari terbenam dibandingkan pada siang hari saat matahari lebih tinggi di langit.

Jalur sinar matahari yang panjang juga menyebabkan semua cahaya biru dan ungu tersebar keluar dari pandangan manusia.

Warna kemudian berlanjut ke mata manusia hingga ia merasakan warna kuning, oranye, dan merah.

Merah diketahui memiliki panjang gelombang terpanjang dari semua cahaya yang terlihat oleh mata.

Hal inilah yang membuat matahari tampak merah di langit saat berada di cakrawala.

Karena merah memiliki panjang gelombang terpanjang, maka warna lain juga akan diblokir.

(Tribunnews.com/Nurkhasanah) (Kompas.com/Farida Farhan) (GridKids.id/Ayu Ma’as)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *