Mendag Zulhas Heran Jualan Barang Impor Ilegal Jelas Langgar Aturan, Tapi Malah Jadi Hal Umum

Dilansir reporter TribuneNews.com Andrapta Pramudhyaj

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Menteri Perdagangan Zulkifli Hassan heran mengapa barang impor ilegal masih terus diperjualbelikan, bukannya dianggap sebagai komoditas biasa.

Hal itu diungkapkannya saat kembali ke Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat untuk melakukan penindakan terhadap barang impor ilegal yang ditemukan Satgas Pengawasan Barang Impor.

Total nilai barang tersebut kurang lebih Rp 46 miliar. Ada produk tekstil, sepatu, elektronik dan lainnya.

Zulhas alias Zulkifli awalnya mengatakan, kelompok importir ilegal tersebut sebelumnya menemukan produk impor tersebut di Kapuk Kamal, Jakarta Utara.

“Ada dua gudang besar yang barangnya datang ke kami tanpa dokumen, lalu dijual secara online,” ujarnya, Selasa (6/8) di Tempat Penimbunan Khusus dan Bea Cukai (TPP) Cikarang, Kabupaten Bekasi. /2024).

Dia mengatakan, barang impor ilegal yang ditemukan di gudang tersebut merupakan barang impor dari beberapa negara. Bukan hanya importirnya yang orang asing, namun penjualnya di Indonesia juga orang asing.

Ia meyakini hal seperti itu mulai menjadi hal yang lumrah. Oleh karena itu, Julhas meminta kerja sama semua pihak untuk mengelola barang impor ilegal tersebut.

“Banyak warga negara asing yang bekerja di mall-mall besar, pusat grosir besar seperti Tanah Abang, Mangga Dua, menjalankan usaha, berbisnis atau menjadi distributor besar,” kata Zulhas.

Ia juga mengatakan, “Di provinsi lain juga banyak gudang tempat penyimpanan barang impor tidak memiliki dokumen yang sah. Penjualan online juga dilakukan.”

Pemimpin Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga mempertanyakan mengapa pelanggaran terang-terangan seperti penjualan barang impor ilegal bisa meluas dan dianggap sebagai fenomena biasa.

Faktanya, banyak industri lokal seperti tekstil, alas kaki, keramik, kosmetik, elektronik, dan produk kecantikan yang gulung tikar karena ancaman produk impor ilegal.

“Sepertinya sudah mulai (menyebar). Itu pelanggaran, tapi kok bisa jadi ciri biasa? Itu memang perlu kita perhatikan,” kata Julhas.

Ia kemudian menyinggung tujuan pemerintahan Prabowo-Gibran untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia sebesar delapan persen.

Zulhas mengatakan target delapan persen akan sulit tercapai jika persoalan impor ilegal tidak diatasi.

“Kalau kita betulkan maka akan tumbuh, industri akan tumbuh, pusat bisnis kita juga akan tumbuh, UMKM kita juga akan tumbuh,” pungkas Julhas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *