Megawati Soroti Kondisi Hukum Indonesia Saat Ini: Hukum Berkeadilan Vs Hukum yang Dimanipulasi

Laporan jurnalis Tribunnevs.com Fransiskus Adhiiuda

TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menilai proses dan sistem hukum yang ada saat ini merupakan tantangan dan pekerjaan rumah yang sulit bagi negara ke depan.

Melihat rentetan peristiwa hukum yang terjadi di negeri ini, ternyata jauh dari keadilan.

Padahal, Megawati menemukan fenomena baru dimana hukum kini berhadapan dengan hukum.

Hal itu diungkapkan Megawati dalam pidato politik penutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-5 PDIP di Stadion Internasional Beach City Ankol, Jakarta, Minggu (26/05/2024).

Jadi, jika dilihat dari sikap politik partai, masa depan tidak akan mudah, dan pekerjaan rumah untuk membangun sistem hukum yang adil juga tidak akan sulit, kata Megawati.

“Karena menurut saya, saat ini yang saya katakan adalah Law vs. Hukum,” tegasnya.

Presiden kelima RI ini juga menjelaskan persoalan hukum versus hukum dalam sistem hukum Indonesia saat ini.

“Undang-undang yang memuat kebenaran itu adil, melawan hukum yang dimanipulasi,” jelas Megawati.

Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini membeberkan beberapa kasus hukum yang dianggap sebagai bentuk manipulasi.

Diantaranya, terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) no. 90 yang mengubah syarat pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024, lalu bagaimana nasib Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga penyelenggara dan pengawasan pemilu yang tidak menjalankan undang-undang sesuai undang-undang. aturan.

“Meski sah dan sah, tapi terjadi di Mahkamah Konstitusi, di KPK, dan di KPU. Saya bingung KPU, kenapa saya tidak paham, bagaimana seharusnya mendengarkan, padahal KPU. Padahal seharusnya Luber, tapi harus Jurdil, jadi netral atau tidak, dia pusing, kata Megawati.

“Bavaslu, dari mana saya mendengar tentang jarum suntik itu, tidak ada.” Harusnya susah banget, prit, prat, prit, apalagi kemarin (pilpres 2024), harusnya prat, prat, nihil. “Diam, diam, sendirian,” lanjutnya.

Megawati juga menyinggung kasus hukum lain yang dinilai tidak memberikan rasa keadilan masyarakat.

Kasus serupa menimpa Daniel Fritz Maurits Tangkilisan (50), aktivis lingkungan hidup di Pulau Karimunjawa.

Dimana menurut Megawatt, Daniel yang menuding kerusakan lingkungan di pulau tersebut justru divonis penjara karena dianggap menyebarkan kebohongan.

“Saya bilang, apakah benar seperti saya katakan tadi, hukum melawan hukum.” Meskipun dia memang seorang aktivis lingkungan, dia mengaku diberitahu bahwa dia berbohong. Tenang saja, tadi saya bilang, bukti juga sering dipalsukan, akhirnya bebas, kata Megawati.

“Saya bilang ke aparat, biarkan dia pergi, bagaimana menurut kalian, bagaimana dengan semua yang cinta lingkungan, lawan yang merusak, misalnya merusak hutan, dan yang membela ditangkap.” mereka,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *