Megawati Bicara Ahok Keluar dari Pertamina, Tak Singgung 7 Menteri PDIP di Kabinet Jokowi

Megawati bercerita soal Ahok keluar dari Pertamina tanpa menyentuh 7 menteri PDIP di kabinet Jokowi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bercerita banyak hal saat menyampaikan pidato politiknya pada pembukaan Konferensi Nasional (Rakernas) PDIP di Stadion Internasional Beach City, Ancol, Jakarta, Jumat (24/05/2024). )

Termasuk saat Megawati menyinggung kader PDIP Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengundurkan diri sebagai Komisaris Presiden (Komut) PT Pertamina beberapa waktu lalu.

Saat itu, Ahok memutuskan mundur dari jabatannya untuk mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.

Megawati mengatakan, Ahok mendatanginya untuk meminta restu agar mengundurkan diri dari (Komut) PT Pertamina.

“Jadi waktu itu (Ahok bilang) ‘bolehkah aku bertemu ibumu?’ “Saya bilang tidak, harus saya katakan, kok jelek sekali? Ya, di sini,” kata Megawati di Konferensi Perburuhan Nasional.

Megawati mengira mantan Gubernur DKI Jakarta itu ingin jalan-jalan ke luar negeri.

“(Ahok bilang) ‘Bu, aku mau pamit, tahukah mama mau pamit ke mana? Pamit, tadinya kupikir aku akan pergi ke luar negeri. Jadi aku bilang pergi, (bawakan) oleh-oleh, lalu ibu tahu (dia bilang) tidak bu, “Aku mau keluar dari Pertamina,” katanya.

Menurutnya, Ahok kemudian beralasan tidak akur dengan atasannya sehingga memutuskan mundur.

“(Saya tanya) kenapa keluar dari Pertamina? (Kata Ahok) Karena saya tidak ada hubungan dengan bos saya,” kata Megawati.

Megawati mengaku kaget dengan keputusan Ahok.

Sebab, ia khawatir kebutuhan rumah tangga Ahok tidak terpenuhi setelah ia keluar dari Pertamina.

“Saya juga penasaran bagaimana nasib keluarga? Kalau tidak ada gaji? Oke bu, pokoknya semua baik-baik saja. Oke, silakan,” ujarnya. Tak ada satu pun nama menteri PDIP di kabinet Jokowi

Namun Megawati dalam pidatonya tidak menyebut 7 menteri dari PDIP yang ada di kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’rufa Amin.

Mereka adalah: Sekretaris Kabinet Pramono Anung Menteri Sosial Tri Rismaharini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki Menteri Pemberdayaan Unit Reformasi Birokrasi (PANRB) Azwar Anas Menteri Pemberdayaan Anak (PPPA) ) Bintang Puspayoga  Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono Megawati menyelesaikan buku tentang Jokowi

Peneliti politik Universitas Paramadin Ahmad Khoirul Umam menilai, dari pidato Megawati terlihat jelas bahwa ia telah menutup buku tentang Jokowi dan putranya Gibran.

Meski Megawati tak terang-terangan mengatakan tak lagi peduli pada Jokowi dan Jibran, namun ada kata-kata yang ditujukan kepada Jibran dan Jibran.

“Partai gemetar dalam pendiriannya yang tegas dan ada kalimat yang jelas ‘keluar’. Kemungkinan besar hukuman pemecatan itu adalah hukuman yang jelas-jelas ditujukan kepada Jokowi dan keluarganya,” kata Umam kepada Kompas Petang Kompas. TELEVISI. program, Jumat (24/5/2023).

Umam menjelaskan, faktor yang menyebabkan Megawati hanya mengutarakan kalimat samar tentang sikapnya terhadap Jokowi tidak lepas dari kehadiran PDI Perjuangan di pemerintahan saat ini.

Megawati awalnya tak mau keluar dari pemerintahan dan mencopot seluruh menteri PDIP dari Dewan Agung Indonesia karena kemungkinan terjadi kekacauan pemerintahan.

Karena itu, PDIP belum mengeluarkan pernyataan resmi soal sikap tegas partainya terhadap Jokowi.

Termasuk dikeluarkannya Jokowi dan Jibran dari keanggotaan partai.

“PDIP sepertinya stuck sampai masa jabatan Jokowi berakhir. Barulah PDI-P bisa mengeluarkan pernyataan jelas dan surat resmi untuk menggulingkan Jokowi,” kata Umam. Megawati berpura-pura memperjuangkan jabatan menteri

Dalam pidato politiknya, Megawati pernah menanyakan soal perebutan jabatan menteri yang menurutnya akan terjadi pasca Pilpres 2024.

Bahkan posisi menteri yang Anda dengar sudah terbakar, kata Megawati.

Di hadapan ribuan kader partainya dan pendukungnya, Megawati kemudian mempertimbangkan kembali keinginannya membentuk kabinet kecil karena menghadapi krisis multi partai saat berkuasa.

FYI, Megawati pernah menjadi Wakil Presiden RI pada tahun 1999-2001 dan kemudian menjadi Presiden hingga tahun 2004 menggantikan Abdurrahman Wahid yang dipecat oleh MPR.

“Kalau saya menghadapi konflik multipartai, saya lebih suka bentuk kabinet kecil dengan 33 menteri, tapi siapa partainya, kabinetnya, kabinet ahlinya,” kata Megawati.

Jadi benar, orang yang tepat berada di tempat yang tepat. Terbukti krisis bisa diatasi dan semua utang, khususnya Dana Moneter Internasional (IMF), bisa dibayar, ujarnya. Kita berbicara tentang pemilu TSM

Megawati juga menyebut terjadi badai kesalahan pada pemilu 2024 akibat adanya kecurangan yang terencana, sistematis, dan masif (TSM).

“Seperti menjadi presiden pada pemilu langsung pertama lho, saya bagian dari kesuksesan lho. Oh ya, kamu tahu. Sekarang bagaimana, pilihannya mudah, tetapi ketika berubah menjadi abu-abu, sudah selesai, begitulah adanya. “Ada apa disana?”

Menurutnya, banyak pihak yang bungkam ketika sejumlah pakar hukum dan organisasi masyarakat sipil angkat bicara soal kecurangan pemilu presiden.

Bahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Penyelenggara Pemilu (Bawaslu) RI juga bungkam terkait isu tersebut.

Megawati mengatakan, nilai reformasi yang dilakukan negara ini mulai memudar.

“Kita negara demokrasi yang menganut demokrasi, kenapa harus ada reformasi? Menurut saya reformasi sepertinya sudah hilang sekarang atau langsung hilang,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *