Mediator Utama Mesir Skeptis terhadap Proposal Penghubung Usulan Gencatan Senjata di Gaza

TRIBUNNEWS.COM – Ketua perunding Mesir pada Rabu (21/8/2024) meragukan usulan komunikasi tersebut.

Usulan tersebut dimaksudkan untuk menutup kesenjangan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Para mediator Mesir skeptis karena rincian lebih lanjut muncul sehari sebelum pembicaraan dimulai di Kairo, Mesir.

Tantangan seputar apa yang disebut proposal untuk menutup jembatan tampaknya melemahkan harapan akan tercapainya kesepakatan yang menurut Menteri Luar Negeri AS Anton Blinken sudah tercapai.

Para pejabat Mesir mengatakan Hamas tidak akan menyetujui proposal kontak tersebut karena beberapa alasan, menurut AP News.

Diantaranya adalah kekhawatiran lama mengenai apakah perjanjian itu benar-benar akan menarik pasukan Israel dari Gaza dan mengakhiri perang.

Seorang pejabat Mesir yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan proposal kontak tersebut menyerukan implementasi tahap pertama perjanjian tersebut.

Langkah pertama ini mengharuskan Hamas melepaskan tahanan paling berbahaya yang ditangkap pada bulan Oktober.

Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap pertama akan melakukan perundingan tahap kedua dan ketiga tanpa jaminan mediator Israel atau Hamas.

“AS hanya membuat janji, bukan jaminan,” kata pejabat itu, seraya menambahkan, “Hamas tidak akan menerimanya, karena itu berarti Hamas akan menghentikan pertempuran selama enam minggu tanpa menjamin berakhirnya perang secara permanen.” .” dia menambahkan.

Selain itu, ia mengatakan dalam usulan tersebut tidak disebutkan secara jelas bahwa Israel akan menarik pasukannya dari dua koridor strategis di Gaza.

Kedua koridor tersebut adalah koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir dan koridor Netzarim timur-barat yang melintasi wilayah tersebut.

Menurut pejabat itu, Israel menawarkan untuk mengurangi tingkat militer di koridor Philadelphia, “dengan janji” untuk mundur dari daerah tersebut.

“Ini tidak dapat diterima bagi kami dan Hamas,” kata pejabat Mesir itu.

Seorang pejabat Mesir, yang melaporkan perkembangan terakhir dalam perundingan tersebut, mengatakan peluang untuk mencapai kesepakatan sangat kecil.

Sebab, Israel menolak berkomitmen melakukan penarikan penuh dari Gaza pada kesepakatan tahap kedua.

Israel juga bersikeras mempertahankan pasukannya di Koridor Philadelphia dan mempertahankan kendali penuh atas Koridor Nezarim, kata pejabat itu.

Selain itu, dia mengatakan Mesir telah memberi tahu Amerika Serikat dan Israel bahwa mereka tidak akan lagi membuka penyeberangan Rafah ke Gaza.

Meskipun pasukan Israel telah ditarik sepenuhnya dari wilayah Palestina dan koridor Philadelphia, penyeberangan tersebut tetap menjadi titik masuk penting bagi bantuan kemanusiaan – di mana Israel ingin mencegah Hamas memasok senjatanya melalui terowongan perdagangan.

Dua pejabat Mesir berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas pembicaraan tersebut.

Para mediator akan bertemu di Kairo pada hari Kamis dan Jumat untuk melanjutkan pembahasan proposal tersebut sebelum secara resmi menyerahkannya kepada Hamas.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang pentingnya pertemuan mediator di Kairo.

Gedung Putih mengatakan dalam pernyataannya, dikutip Reuters, “Presiden membahas negosiasi di Kairo untuk menghilangkan hambatan yang tersisa.

Para perunding yang telah berjuang selama berbulan-bulan untuk menyelesaikan rencana gencatan senjata akan bertemu di Kairo dalam beberapa hari mendatang.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan mediator dari Mesir dan Qatar telah menyatakan harapannya terhadap proposal gencatan senjata yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara kedua belah pihak dalam perang Gaza yang telah berlangsung 10 bulan.

Selain itu, Biden juga menekankan pentingnya Netanyahu menyelesaikan perjanjian untuk mengakhiri perang di Gaza bagi para sandera.

Gedung Putih mengatakan dalam pernyataan yang sama, “Presiden juga menekankan pentingnya menyelesaikan perjanjian gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera.

Pada Jumat (16/8/2024), Biden mengatakan dirinya berharap bisa mencapai kesepakatan setelah berbicara melalui telepon dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi yang akan hadir kaya. Negara ini adalah penghubung utama dengan Hamas.

Namun pada Selasa (20/8/2024), Biden tampak tenang terhadap kemungkinan kedua belah pihak segera mencapai kesepakatan.

Dia mengatakan kepada wartawan setelah pidatonya di Konvensi Demokrat bahwa Hamas kini telah menarik diri namun AS akan terus mendorong perjanjian gencatan senjata.

Selain itu, dalam pernyataan yang sama, Gedung Putih juga menyebut Biden dan Netanyahu membahas upaya AS untuk mendukung Israel.

Mereka berencana untuk melawan semua ancaman dari Iran, termasuk perwakilan kelompok teroris Hamas, Hizbullah dan Houthi, termasuk pengerahan pasukan pertahanan AS.

Blinken bertemu dengan para pejabat dari Israel, Mesir dan Qatar dan pembicaraan tersebut dilakukan menjelang putaran baru perundingan di Kairo akhir pekan ini.

“Ini adalah momen yang menentukan, mungkin yang terbaik, mungkin yang terakhir untuk membawa pulang para sandera, untuk mengakhiri kebakaran, dan menempatkan semua orang pada jalur yang lebih baik menuju perdamaian dan keamanan abadi,” kata Blinken dikatakan.

(mg/Ibu Amalia Dwi Pitasari)

Penulis merupakan mahasiswa magang dari Universitas Ceballas Maret (UNS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *