Media Israel: Perang Gerilya dan ‘Bom Pinggir Jalan’ Hamas Buat Israel Bayar Mahal di Beit Hanoun

TRIBUNNEVS.COM – Salah satu media besar Israel, Yediot Ahronot, mengklaim bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus membayar mahal atas pertempuran di Beit Hanun di Jalur Gaza utara.

Dalam dua pekan terakhir, 11 tentara Israel tewas di Beit Hanun.

Menurut media tersebut, batalyon Hamas sebenarnya merupakan batalion Hamas yang paling lemah. Batalyon tersebut kemudian memilih untuk menggunakan perang gerilya atau taktik melawan kutu.

Pada Sabtu (1/11/2025), Sersan Alexander Fedorenko, Sersan Staf Danila Diakov, Sersan Yahav Mayan, dan Sersan Eliav Astuker tewas akibat alat peledak improvisasi yang diledakkan dari jarak jauh, atau IED.

Hasil penyelidikan awal menunjukkan pejuang Hamas memanfaatkan cuaca buruk pada Selasa malam untuk menanam bom berkekuatan besar di jalan-jalan yang digunakan sebagai jalur logistik Israel.

Tak satu pun tentara Israel melihat kedatangan pejuang Hamas yang memasang IED, yang sering disebut sebagai “bom pinggir jalan”.

“Mungkin ada terowongan bawah tanah di dekatnya yang belum ditemukan dimana bom dapat ditanam dan diledakkan dari jarak jauh,” kata pers tersebut.

“Dalam ledakan itu, lima tentara lainnya terluka, dua di antaranya serius.” Dalam kasus dugaan tentara menembak rekannya sendiri yang terjadi belakangan, dikabarkan banyak korban jiwa. Penduduk Palestina di Beit Hanoun di Jalur Gaza melarikan diri untuk menghindari serangan Israel.

Media Israel mengklaim bahwa Beit Hanun tidak memiliki pusat kota besar untuk diduduki Israel. Warga di sana dievakuasi, sehingga hanya pejuang Hamas saja yang berada di sana.

Misi Israel di sana adalah menghancurkan bangunan untuk mengamankan jalur kereta api ke Sderot.

Selama dua minggu terakhir, IDF telah menemukan lebih dari 30 bom di Beit Hanun. Bom yang tidak ditemukan IDF menimbulkan banyak korban jiwa di pihak tentara Israel.

“Dalam ledakan lain minggu lalu, tiga tentara ISIS tewas,” lapor media tersebut.

Militer Israel sedang menyelidiki apakah pejuang Hamas merakit bahan peledak dari bom ISIS.

Media mengatakan pejuang Hamas di Beit Hanoun menggunakan bangunan yang hancur. Sebab, IDF menganggap tempat tersebut aman dari musuh.

Tentara Israel harus bergerak perlahan saat mencari bom yang ditanam Hamas. Hamas menggunakan metode pertempuran baru

Pejuang Hamas menggunakan metode baru melawan ISIS.

Avi Ashenazi, kolumnis surat kabar Israel Maariv, mengatakan IDF kini harus menghadapi ancaman besar di Gaza, yakni ranjau darat.

Menurutnya, tentara Israel mendeteksi adanya perubahan gaya bertarung Hamas dalam beberapa hari terakhir, khususnya di Gaza utara.

Hamas kini mulai memasang ranjau baru di bawah tanah. Ashkenazi menyebut ranjau itu sebagai “bom perut” atau “bom perut”.

IDF memperkirakan Hamas lebih memilih menyerang IDF dengan senjata yang ditinggalkan tentara Israel di lapangan.

Senjata-senjata tersebut antara lain bom udara (gagal meledak), peluru tank, roket anti-tank, dan granat.

Pejuang Hamas memasang mekanisme peledakan sekunder pada bom untuk meledakkannya.

Bom tersebut dipicu oleh kendali jarak jauh ketika Hamas mendeteksi pergerakan pasukan dari jarak jauh.

Dalam beberapa kasus, pejuang Hamas tiba-tiba keluar dari persembunyiannya dan menarik perhatian pasukan Israel kepada mereka. Namun kenyataannya, ID justru dimasukkan ke dalam perangkap.

“Cara ini diketahui IDF di Yudea dan Samaria, dengan fokus di Samaria utara,” kata Askenazi dalam artikel di Maariv, Kamis (9/1/2025).

Dia mengatakan ISIS membunuh tiga pejuang Hamas kemarin ketika mereka memasang jebakan di desa Tamun.

IDF mengatakan pejuang Hamas mencoba menanam bom barel di bawah jalan. Mereka mencoba mengarahkan IDF ke lokasi kejadian dan kemudian meledakkan bom.

“Dalam beberapa minggu terakhir, ada banyak Kfir, Nahal, insinyur dan personel brigade lapis baja yang terbunuh di Gaza utara karena jebakan maut semacam ini,” kata Ashkenazi.

“IDF mencoba menyerang buldoser yang menggali jauh ke dalam tanah, namun karena hujan baru-baru ini dan fakta bahwa tanah terendam air, mereka (Hamas) dapat dengan cepat menggali dan menanam bom.”

Ashenazi mengatakan IDF memiliki detektor panas untuk mendeteksi perubahan di bawah tanah.

“IDF juga menggunakan buldoser untuk mencari tahu apakah ada bom di bawah tanah,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa IDF harus mengubah rute pergerakannya di lapangan dan mempelajari daerah-daerah yang dapat diamati oleh pejuang Hamas.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *