Serangan mematikan terbaru Hizbullah terhadap Israel di utara, IDF menyensor jumlah tentara yang terbunuh
TRIBUNNEWS.COM – Beberapa media Israel memberitakan adanya serangan mematikan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel di wilayah perbatasan utara dengan Lebanon pada Selasa atau Rabu (24/7/2024) malam.
Media Israel menggambarkan serangan mematikan itu sebagai “insiden yang sulit terjadi di wilayah utara”.
Media Ibrani mengatakan insiden keamanan tersebut, yang diduga merupakan bentrokan dengan gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, masih disensor.
“Ini menunjukkan banyak tentara yang tewas dalam serangan Hizbullah,” tulis Khaberni dalam laporannya, Rabu.
“Media Ibrani tidak mempublikasikan rincian insiden keamanan tersebut sebelum militer Israel menyetujui publikasi tersebut,” kata laporan itu. Roket yang ditembakkan kelompok Hizbullah Lebanon ke wilayah Upper al-Jalil (Upper Galilee) pada 15 Juli 2024 berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. (Jala Marie/AFP) Ratusan roket dalam dua hari
Selama akhir pekan, gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon meningkatkan serangannya terhadap wilayah yang diduduki Israel selama dua hari terakhir.
Pada Sabtu (20/7/2024), TV Al-Jazeera mengonfirmasi peluncuran sekitar 30 roket dari Lebanon selatan menuju entitas Zionis di utara Golan dan Galilea yang diduduki.
Serangan tersebut menyusul peluncuran 65 roket Hizbullah ke wilayah Israel pada Jumat (19/7/2024).
Artinya, dalam dua hari terakhir saja, sekitar 100 roket telah ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel.
Sehubungan dengan serangan Hizbullah pada hari Jumat, IDF mengklaim bahwa beberapa rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, The Times of Israel melaporkan.
Serangan itu langsung dikonfirmasi oleh Hizbullah.
Gerakan perlawanan Lebanon mengaku menembakkan serangkaian roket besar ke pangkalan militer Israel di wilayah Galilea Utara dekat perbatasan selatan Lebanon.
Bertentangan dengan klaim IDF, Hizbullah mengatakan serangan itu menyebabkan kebakaran dan menghancurkan sebagian pangkalan militer Israel.
Hizbullah juga menyerang pemukiman Israel utara di Mitzpe Abirim “dengan roket Katyusha untuk pertama kalinya.”
Dikutip Anadolu Ajansi, Hizbullah mengatakan serangan itu merupakan respons atas tindakan Israel terhadap warga sipil di kota Safad al-Batikh, Majdal Salam, dan Shakra di Lebanon selatan.
Dalam kesempatan yang sama, Hizbullah juga mengungkapkan dua peluru yang ditembakkan tentara Israel jatuh di dekat kantor polisi Marz Junction di kota Houla, Lebanon selatan. Serangan drone Houthi terjadi di ibu kota Israel, kota Tel Aviv. Anggota pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi drone yang meledak di pusat kota Tel Aviv sehingga menimbulkan kepanikan warga kota, Jumat, 19 Juli 2024. (Sharon Aronowitz/AFP) Targetkan Pusat Teknologi Pangan Israel
Hizbullah menembakkan roket ke arah Galilea, dimana wilayah tersebut merupakan pusat teknologi pangan Israel.
“Roket Hizbullah menghancurkan pendekatan teknologi pangan di Galilea,” demikian bunyi judul berita utama di situs Israel Calcalist.
Menurut laporan media Israel Calcalist, banyak perusahaan di sektor pangan dan pertanian khawatir dengan bom Hizbullah.
Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan Israel utara.
Pusat teknologi pangan ini merupakan salah satu impian Israel.
Al Mayadeen melaporkan bahwa Israel memiliki pusat teknologi pangan di Galilea yang diduduki, khususnya di Kiryat Shmona.
Visi ini dimulai pada tahun 2018.
Saat itu, otoritas Israel telah menginvestasikan 100 juta shekel di wilayah pendudukan Galilea.
Tujuannya adalah untuk membangun industri pangan dan pertanian.
Kemudian pada tahun 2023, Otoritas Inovasi Israel kembali memberikan enam juta dolar kepada perusahaan-perusahaan yang berlokasi hingga 10 km dari perbatasan utara.
Sebelum perang dimulai, ada 90 startup di Kiryat Shmona.
500 karyawan dipekerjakan di perusahaan-perusahaan ini.
Namun saat ini semua perusahaan di kawasan tersebut telah bangkrut.
Puluhan perusahaan yang hancur kini menuju ke wilayah selatan Palestina yang diduduki.
Pengusaha dan pemilik proyek di Kiryat Shmona prihatin dengan masa depan daerah tersebut.
Ia mengatakan 30 persen warga Kiryat Shmona takut untuk kembali.
“Bahkan janji keamanan di masa depan pun tidak pasti. Tidak ada prospek keamanan yang jelas, ratusan roket dan roket berjatuhan, dan dukungan yang kami dapatkan sangat minim,” katanya kepada Calcalist.
Menurutnya, belum ada jaminan kapan dirinya akan kembali ke Kiryar Shmona.
“Keamanan sangat penting dan belum ada arah yang jelas,” ujarnya.
Hizbullah hampir setiap hari terlibat baku tembak dengan pasukan Israel sejak 7 Oktober 2023, untuk mendukung sekutunya, Hamas.
511 orang tewas dalam kekerasan lintas batas di Lebanon sejak Oktober.
Kebanyakan dari mereka adalah pejuang, namun 104 lainnya juga warga sipil.
Kekerasan ini banyak terjadi di wilayah perbatasan. Houthi juga menyerang
Tak hanya rudal Hizbullah, drone milik kelompok pejuang Houthi Yaman juga menyerang Israel, khususnya di Tel Aviv.
Diketahui, drone tersebut bergerak dari laut menuju Tel Aviv dan akhirnya menabrak sebuah bangunan di persimpangan Jalan Ben Yehuda dan Jalan Shalom Aleichem dekat Kedutaan Besar AS sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.
Al Mayadeen melaporkan, ledakan jenis ini merupakan yang pertama dalam sejarah pendudukan Israel dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Seorang juru bicara militer Israel membenarkan bahwa ledakan terjadi di pusat Tel Aviv.
“Ledakan terjadi Jumat pagi akibat serangan udara di Tel Aviv,” kata juru bicara militer Israel.
“Serangan udara tidak terdeteksi oleh sirene dan kejadian tersebut sedang diselidiki,” katanya.
Akibat serangan drone tersebut, satu orang tewas dan 10 lainnya luka-luka.
Korban meninggal diidentifikasi sebagai Yevgeny Fedor, warga Tel Aviv.
Fedor, yang berasal dari Belarus, pindah ke Israel dua tahun lalu ketika Rusia mulai menyerang Ukraina.
Dia disebut-sebut bekerja di sebuah hotel di Tel Aviv yang terkena serangan drone.
Houthi membenarkan serangan tersebut.
Juru bicara Houthi Yahya Sari mengatakan mereka menggunakan drone Yafa dalam serangan itu.
Nama drone ini diambil dari kota Palestina yang diduduki Israel di mana Tel Aviv menjadi bagiannya.
“Angkatan Udara kami melakukan operasi militer dengan drone di Tel Aviv,” kata Sari, Jumat.
Dia mengklaim bahwa operasi tersebut “menyerang sasaran penting di wilayah Tel Aviv.”
“Drone ini dirancang dengan tujuan khusus menghindari radar musuh,” ujarnya.
Kelompok Houthi sendiri telah menyatakan wilayah Tel Aviv sebagai “wilayah tidak aman”.
Oleh karena itu, Tel Aviv “akan menjadi target utama” senjata Houthi.
Serangan drone tersebut merupakan serangan pertama Houthi di Tel Aviv.
Sebagian besar serangan Houthi sebelumnya hanya menargetkan kota pesisir Eilat dan Haifa.
Kelompok Houthi sendiri telah menargetkan kapal milik, berbendera, dioperasikan Israel, atau kapal yang mengunjungi pelabuhan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden, dengan rudal dan drone.
Aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap Gaza yang menghadapi serangan intensif Israel sejak 7 Oktober tahun lalu.