Media Israel: 2.150 Warga Terluka oleh Rudal Hizbullah, Sistem Radar Rusak, Serangan Iran Menyusul?

Media Israel: Roket Hizbullah melukai 2.150 pemukim, merusak sistem radar, setelah serangan Iran?

TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Ibrani, Yedioth Ahronoth, melaporkan pada Selasa (27/8/2024) bahwa puluhan ribu pemukim Yahudi Israel terluka akibat serangan balasan awal Hizbullah.

Pada tahap pertama pembalasan Hizbullah, sekitar 320 roket ditembakkan ke instalasi militer Tentara Israel (IDF) dan wilayah pendudukan Israel di utara sebagai tanggapan atas pembunuhan Fouad Sokar, seorang komandan militer senior perlawanan Lebanon. Pergerakan 

Pusat Medis Jalila di Nahariya dikatakan telah merawat 1.700 orang yang terluka akibat roket Hizbullah sejauh ini.

“Saat ini, Rumah Sakit Ziv Safed telah merawat 450 orang yang terluka sejauh ini,” kata Hebarni dalam sebuah laporan berita, sehingga jumlah total pemukim Israel yang terluka menjadi 2.150 orang. Foto menunjukkan serangan Hizbullah di wilayah yang diduduki Israel (PressTV) membutakan radar dan sistem pengawasan

Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrullah pada Minggu (25/8/2024) mengatakan, operasi reaksioner gerakan tersebut adalah untuk membalaskan dendam mereka yang tewas.

Ada yang menarik dari pernyataan Nasrallah terkait serangan terhadap Israel yang sedang mempersiapkan serangan terhadap Iran dan hal itu dirahasiakan hingga saat ini.

Nasrullah mengatakan serangan Hizbullah menargetkan “mata-mata” militer IDF Gillot (sistem pengawasan/radar) di dekat Tel Aviv.

Artinya, Hizbullah ingin membutakan “mata” Israel dalam hal kesiapsiagaan menunggu serangan Iran. Menurut Nasrullah, niat tersebut berhasil dilakukan Hizbullah.

Jika klaim Nasrullah terbukti, maka sistem radar dan pengawasan wilayah Israel yang menjadi tulang punggung sistem pertahanan Israel juga akan rusak parah, begitu pula sistem “Iron Dome”.

Hal ini membuat Israel rentan terhadap serangan balik Iran yang hati-hati, tepat waktu, dan terukur.

Nasrullah mengawali pidatonya dengan menyebut operasi militer yang dilakukan Hizbullah terhadap pangkalan militer Israel pada hari Minggu sebagai ‘Operasi Arabine’.

“Israel melanggar seluruh perbatasan dalam agresinya terhadap Lebanon selatan,” katanya, menurut MNA.

Nasrullah menekankan bahwa milisi Perlawanan Lebanon tidak menargetkan warga sipil di wilayah yang direbut dalam operasi Arban. Sabtu (22/6/2024) Serangan Hizbullah Lebanon menyebabkan kebakaran dan asap hitam di sebuah bangunan perumahan di Metulla, Israel utara. (Almaydeen/Screengrab) Roket Hizbullah membekukan seluruh Israel

Fuad Shukar, Sekretaris Jenderal Hizbullah, berbicara tentang alasan penundaan pembalasan atas kesyahidan entitas Zionis.

Bagian dari pembalasan tersebut, katanya, adalah upaya Hizbullah untuk mengizinkan Gaza merundingkan gencatan senjata guna mengakhiri serangan genosida Israel terhadap wilayah kantong Palestina. 

Nasrullah mengatakan gerakan itu memutuskan untuk menargetkan pangkalan “mata-mata” militer Gillot di dekat Tel Aviv.

Dia mengatakan bahwa meskipun Israel mengklaim telah menembak jatuh drone tersebut, sebagian besar dari drone tersebut dengan selamat melintasi perbatasan menuju wilayah udara Palestina dan mencapai target yang dituju.

Pemimpin Hizbullah menegaskan kembali bahwa Israel telah menutupi kerugiannya dalam operasi Hizbullah.

Menurut dia, sasaran utama adalah pangkalan mata-mata dan pangkalan pertahanan udara yang diserang. Galilea Atas Israel terbakar setelah Hizbullah melancarkan serangan pada Sabtu (10/8/2024). (X/Menchosint)

Nasrullah mengatakan seluruh roket Hizbullah menyasar fasilitas militer Israel, bukan warga sipil.

Dia kemudian menampik klaim Israel bahwa IDF-lah yang lebih dulu menyerang sistem peluncuran rudal Hizbullah.

“Rezim Israel gagal menyerang rudal strategis atau balistik Hizbullah,” kata Nasrullah.

Pemimpin Hizbullah juga mencatat bahwa serangan Israel sebelumnya tidak berpengaruh pada serangan balik gerakan tersebut.

“Proses balas dendam berjalan sesuai rencana,” kata Nasrullah.

Dia juga mencatat bahwa semua “aktivitas” Israel telah ditangguhkan karena tindakan balasan Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah menutup pidatonya dengan mengatakan bahwa gerakan tersebut tidak akan meninggalkan warga Palestina di Gaza, seperti yang telah dilakukan sejak Oktober lalu.

Dia mengatakan Hizbullah akan memutuskan tindakan pembalasan apa pun di masa depan.

(oln/khbrn/MNA/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *