TRIBUNNEWS.COM – Kebanyakan warga Israel mengatakan konten yang mendukung warga Palestina di Gaza akan disensor.
Hasil jajak pendapat baru yang dirilis oleh Pew Research Center menemukan bahwa 59% warga Israel mendukung penyensoran postingan media sosial yang menunjukkan simpati terhadap warga sipil Palestina di Gaza dalam menghadapi serangan Israel.
Mayoritas warga Israel, 72%, percaya bahwa konten yang berisi video atau gambar kekerasan perang harus disensor.
Dikutip oleh Middle East Eye, jajak pendapat Pew baru-baru ini menemukan bahwa separuh warga Israel percaya bahwa postingan media sosial yang kritis terhadap pemerintah negara tersebut harus dilarang.
Sebelumnya, Pew juga melakukan jajak pendapat pada Mei lalu.
Sebuah jajak pendapat empat bulan lalu menemukan bahwa mayoritas warga Israel percaya bahwa militer negaranya telah memberikan jawaban yang benar atau belum bertindak cukup jauh.
Sekitar 40% yakin Gaza harus diserahkan kepada Israel.
Tak lama kemudian, terjadi beberapa protes anti-perang besar-besaran di seluruh Israel, namun sebagian besar mendukung upaya perang di negara tersebut.
Setelah perang antara Israel dan Hamas, puluhan warga Palestina ditangkap di Israel karena postingan media sosial terkait perang. 41.000 warga Palestina terbunuh
Israel berperang di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya melancarkan serangan di Israel selatan yang menewaskan hampir 1.200 orang dan menyandera 240 orang di Gaza.
Israel menanggapinya dengan perang skala penuh, yang berlanjut hingga hari ini.
Al Jazeera melaporkan bahwa jumlah terbaru warga Palestina yang terbunuh mencapai 41.546 orang, dan 1.139 orang telah terbunuh di Israel sejak 7 Oktober.
Daerah pemukiman, universitas, sekolah, rumah sakit dan masjid dirusak dan dihancurkan. Perang Israel-Hamas
Seperti dikutip Al Jazeera, berikut rangkuman perkembangan utama perang antara Israel dan Hamas di Gaza: Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak menerima bantuan pangan pada bulan Agustus, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Situasi kemanusiaan di wilayah yang dilanda perang itu “lebih dari bencana”. Setidaknya 21 orang tewas dalam serangan baru-baru ini di Gaza, termasuk serangan mematikan di dekat Rumah Sakit Kamal Advan di utara. Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja menyabotase perundingan gencatan senjata agar Israel dapat “memperluas agresinya terhadap rakyat kami.” Tentara Israel menolak mengoordinasikan masuknya tim medis yang terkait dengan kampanye vaksinasi polio darurat ke beberapa wilayah di Gaza selatan, kata kementerian kesehatan Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 39 orang telah tewas di Tepi Barat yang diduduki sejak 28 Agustus, ketika pasukan Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap beberapa kota. Pasukan Israel kembali menyerang kamp pengungsi Tulkarem di Tepi Barat setelah mundur sebentar. Mereka menghancurkan sebuah rumah di lingkungan kamp al-Madares.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)