May Day, Serikat Driver Ojol Turun ke Jalan Tuntut Persamaan Hak-hak Pekerja

Laporan reporter Tribunnews.com Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Serikat pengemudi sepeda motor (ojol) pun turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta, Rabu (1/5/2024) di malam.

Mereka juga membawa spanduk berisi tuntutan, termasuk pencabutan undang-undang umum penciptaan lapangan kerja dan pemberian kebebasan berpendapat dan berserikat.

Selain itu, mereka juga meminta pemerintah mengakui status kepegawaian pengemudi listrik berupa hubungan kerja PKWT dan tunjangan hari raya (THR).

Dalam pemeriksaan lainnya, mereka juga meminta pengurangan pengurangan harga sewa dari 20% menjadi 5%.

Mereka juga menuntut agar hak-hak perempuan pengendara sepeda motor dijamin, termasuk hak melahirkan, hak cuti haid dan hak-hak perempuan lainnya.

“Wanita ojol yang sedang cuti hamil akunnya disuspend. Aduh!” tulis salah satu plakat yang dibawa para pengunjuk rasa.

“Sepeda motor dari saya! Beli bensin! Beli dari ponsel saya! Pulsa dari saya! Servis sepeda motor saya ditanggung. Tanya saja modelnya. Masuk akal,” tulis postingan lainnya.

Presiden Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SEPETA) Toyang mengatakan, meninggalnya teman-teman ojeknya sangat menyedihkan.

Toyang yang menjadi driver ojol sejak 2015 ini mengatakan, aturan yang diterapkan pihak berwenang selama ini sangat buruk, terutama dari sisi minimnya pendapatan dan keamanan kerja.

Misalnya di lapangan, kecelakaan, penyakit, kesehatan, di perusahaan tidak ada jaminan, maksud saya perusahaan ojol raksasa di Indonesia, tidak ada jaminan bagi teman-teman sebagai teman, kata Toyang.

Tak hanya itu, ia juga mengaku mendengar cerita pengendara sepeda motor perempuan yang mengalami keguguran karena tetap bekerja sambil hamil.

Namun, kata dia, perempuan pengemudi ojol tidak mendapatkan haknya seperti pekerja perempuan lainnya.

Toyang juga meminta pemerintah menyamakan haknya dengan para pekerja.

Sebab dengan adanya pemerataan hak sebagai pekerja, menurut Toyang hak-hak mereka bisa terlindungi.

Harapannya kepada pemerintah satu-satunya adalah kami sebagai ojol mengetahui hak-hak kami sebagai pekerja. Permintaannya hanya agar diakui sebagai pekerja. Beri kami perlindungan hukum. Kami akan menjamin penghasilan. THR wajib kami berikan setiap tahun, ”ujarnya. .

“Karena menurut informasi kemarin, Dirjen Ketenagakerjaan menyampaikan bahwa kita dalam hubungan ketenagakerjaan PKWT di luar hubungan ketenagakerjaan. Artinya pemerintah pasti setuju.

Menurut Toyang, Trioyono juga meminta agar Serikat Dua Pengemudi Angkutan (Serdadu) juga sama dengan para pekerjanya.

Sejauh ini, kata dia, partainya telah berupaya membuka dialog dengan pemerintah dan para kandidat mengenai penderitaan mereka.

Namun menurutnya, pemerintah terkesan menyerah dan lalai.

Akhirnya mereka merasa diabaikan oleh pemerintah dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

Sementara itu, dia menyetujui tiga kali pertemuan partainya dengan pemerintah.

Terakhir, kata dia, sebulan lalu pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Kementerian Sumber Daya Manusia dan Staf Presiden.

“Mereka juga berharap ojol ini bisa diintegrasikan ke dalam UI kerja karena sudah sukses. Tapi entah kenapa mereka bilang masih belajar dan belajar dan belajar, tapi belum berhasil,” ujarnya.

“Data di lapangan ojol kita perlu mendapatkan penghasilan yang layak, jaminan sosial dan hak asasi manusia, sistem hak asasi manusia,” lanjutnya.

Foto: Tribunnews.com/Gita Irawan

Serikat pengendara sepeda motor online (ojol) turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat, Rabu (1/5/2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *