TRIBUNNEWS.COM – Sumber keamanan Lebanon mengungkapkan sehari setelah pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (27 September 2024) bahwa Israel telah mempersiapkan rencana tersebut sejak lama.
“Israel sedang membuat rencana dan tidak ingin gagal dalam mencapai tujuannya,” kata seorang sumber di surat kabar Prancis Le Parisien, Sabtu (28 September 2024).
Pejabat itu menunjukkan bahwa pada sore hari Israel diberitahu oleh mata-mata Iran tentang informasi rahasia yang menunjukkan keberadaan Hassan Nasrallah di Dahiya, sebuah lingkungan di selatan Beirut, Lebanon.
“Tentara Israel telah menyiapkan pesawat F-35 dengan bom anti bunker dan mereka menunggu sasaran (Nasrallah) tiba di markas,” menurut informasi penting yang diterbitkan surat kabar Le Parisien.
Sementara itu, mata-mata Iran berada di kawasan Danau Haret menghadiri pemakaman Mohammad Hussein Solor, seorang komandan drone Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel sehari sebelumnya.
Segera setelah pemakaman, Hassan Nasrallah tiba di markas.
Pemimpin Hizbullah berada di mobil yang sama dengan Abbas Nerforoushan, wakil komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), yang tewas dalam serangan yang sama.
Sekitar 12 pemimpin lainnya berpartisipasi dalam pertemuan darurat di depan Hassan Nasrallah, menurut laporan itu.
Tentara Israel menunggu sampai semua orang berkumpul di ruangan tempat Hizbullah merencanakan operasi militer (ruang bawah tanah yang dijaga ketat di markas besarnya).
Perintah pengeboman diberikan oleh otoritas Angkatan Udara Israel.
Secara total, pilot Israel menjatuhkan enam bom yang masing-masing berbobot dua ton, kata laporan itu.
“Ini adalah serangan terbesar yang kami saksikan sejak tahun 2006, ketika ledakan juga terdengar di pusat kota Beirut saat awan tebal menyelimuti markas Hizbullah,” kata pejabat tersebut.
Dia melanjutkan dengan mengatakan: “Seorang mata-mata Iran, yang identitasnya belum diungkapkan, adalah orang yang memberi tahu Israel tentang kedatangan Hassan Nasrallah sebelum dia menjadi sasaran.”
Pada hari Sabtu, lebih dari 20 jam setelah serangan besar-besaran tersebut, Hizbullah mengkonfirmasi kematian Hassan Nasrallah dalam sebuah pernyataan resmi. Israel memiliki informasi real-time tentang lokasi Hassan Nasrallah
Sebelumnya, juru bicara militer Israel Nadav Shoshani mengatakan operasi hari Jumat itu disebut “Rezim Baru.”
“Operasi itu dilakukan ketika pimpinan senior Nasrallah dan Hizbullah bertemu untuk merencanakan serangan lebih lanjut terhadap Israel,” Radio Angkatan Darat Israel mengutip perkataan Nadav Shoshani.
“Kami memiliki intelijen real-time dan peluang untuk bekerja melakukan serangan ini,” katanya kepada wartawan, Alhura melaporkan.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah telah mendukung kelompok perlawanan Palestina Hamas dan berpartisipasi dalam bentrokan dengan Israel di perbatasan antara wilayah pendudukan Palestina di Lebanon selatan dan Israel utara.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Korban di Jalur Gaza
Saat ini Israel masih terus melakukan agresi di Jalur Gaza, dan sejak Sabtu (10 Juli 2023) hingga Sabtu (28 September 2024), jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 orang dan 96.210 lainnya luka-luka. Dikutip dari Al Jazeera, jumlah korban tewas di wilayah Israel sebanyak 1.147 orang.
Sebelumnya, Israel mulai menembaki Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (10 Juli 2023) sebagai respons atas pendudukan Israel atas Al-Aqsa dan kekerasan sejak 1948.
Israel mengklaim 101 sandera, hidup dan mati, ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 sandera dan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Unita Ramayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel