Masih Banyak Pemilik Warteg Belum Pakai QRIS untuk Transaksi, Ini Sederet Penyebabnya

Koresponden Tribunnews.com Dennis Destryawan melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) menyatakan pemanfaatan transaksi digital di warteg sangat terbatas karena ada beberapa permasalahan.

Presiden Kowantara Mukroni mengatakan ada beberapa warteg termasuk anggota grup Kowantara yang menggunakan dana QRIS untuk pelanggannya.

“Kurang dari 5 persen karena berbagai alasan. Salah satunya karena tidak semua warteg memiliki akses terhadap teknologi seperti smartphone atau perangkat untuk memindai kode QR,” kata Mukroni saat dihubungi wartawan, Selasa (2/7/2024). .

Selain itu, tidak semua vendor warteg memiliki ponsel yang mendukung aplikasi pembayaran digital. QRIS kemudian membutuhkan koneksi internet untuk memproses transaksi.

Di beberapa wilayah, akses internet mungkin dibatasi atau diblokir, sehingga dapat menghambat proses pembayaran.

“Pemilik dan pelanggan warteg perlu memahami cara menggunakan QRIS. Termasuk mengunduh aplikasi yang mendukung QRIS, membuat akun, dan melakukan pembayaran.

Meski biaya transaksi QRIS tidak mahal, menurut Mukroni, bagi pemilik warteg yang beroperasi dengan keuntungan tipis, biaya tersebut bisa menjadi beban.

Selain itu, kekhawatiran mengenai keamanan digital dan penipuan dapat menghalangi beberapa pemilik warteg dan pelanggan untuk menggunakan QRIS.

Pengetahuan tentang keamanan dan perlindungan data diperlukan untuk membangun kepercayaan.

“Banyak pelanggan warteg yang terbiasa dengan uang tunai dan mungkin ragu untuk mengubah metode pembayaran.

“Sekarang ada manfaat yang lebih baik dalam bertransaksi, informasi keuangan yang lebih baik, dan kemampuan menarik pelanggan yang lebih nyaman dengan pembayaran digital,” kata Mukroni.

Karena masih minimnya warteg khususnya anggota Kowantara yang menggunakan QRIS, Mukroni berharap memiliki pengetahuan yang kuat tentang manfaat dan kegunaan QRIS.

“Bekerja sama dengan penyedia layanan QRIS untuk memberikan pelatihan langsung kepada pemilik warteg dan pelanggan,” kata Mukroni.

Selain itu juga memberikan insentif seperti subsidi atau pengurangan biaya transaksi bagi warteg untuk mengembangkan QRIS.

Kemudian menawarkan program cashback atau diskon khusus kepada pelanggan yang membayar menggunakan QRIS di warteg.

“Meningkatkan dan memperluas akses internet di wilayah yang sulit dijangkau.

Kowantara juga mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan QRIS, misalnya dengan memberikan kredit pajak bagi warteg yang menggunakan QRIS, dan peraturan untuk memudahkan warteg mengakses layanan keuangan digital.

Secara terpisah, Indra, pakar di bidang teknologi mata uang digital Indra yang juga merupakan Direktur Utama perusahaan dagang PT Trans Digital Cemelang (TDC), sepakat untuk mengedukasi dan menggalakkan komunikasi tentang segala jenis transaksi digital, termasuk dan menggunakan QRIS. . , harus menjadi prioritas semua pihak.

“Beberapa waktu lalu Bank Indonesia menyampaikan bahwa sosial dan pendidikan terkait QRIS memiliki tanggung jawab yang sama, dalam hal literasi dan pencegahan penyalahgunaan.” .

Indra menjelaskan, penggunaan QRIS untuk bisnis seperti toko kelontong merupakan suatu keharusan di era digital ini. Diharapkan kecepatan digitalisasi dan kemudahan akses ke depan akan lebih baik. Menurutnya, implementasi rencana pemerintah dalam memanfaatkan Internet saat ini sudah lebih baik dan bergantung pada para pihak.

Terkait harapan Konwantara untuk menemukan pihak-pihak yang memberikan bantuan keuangan dan pelatihan kepada para pelaku UMKM, Indra yakin banyak perusahaan sistem keuangan digital yang bersedia melakukan hal tersebut.

“Edukasi penggunaan QRIS ini salah satu prioritas kelompok kami dan sudah mulai dilakukan, salah satunya untuk UMKM di Pemang Siantar dan Kabupaten Samosir. Ini penting saja,” ujarnya.

Namun, Indra berharap dapat menemukan perusahaan yang memberikan bantuan keuangan dan berkonsultasi dengan warteg ISO 9001:2015 tentang manajemen mutu, ISO 37001:2016 tentang sistem pengendalian suap, dan ISO 27001:2022 tentang sistem keamanan informasi.

Saat ini terdapat tiga ISO dan perusahaan terus memberikan pengembangan sistem keuangan (POS dan ERP), pemroses pembayaran digital (collector), dan konsultasi keuangan untuk UMKM.

TDC memiliki M2PAY, MEbook dan Posku Lite. Masing-masing dari ketiganya menawarkan solusi pembayaran dan pelacakan transaksi, sistem data terintegrasi, serta register toko serba ada dan bistro.

“Penting bagi Warteg untuk mengetahui sifat perusahaan yang menyediakan bisnis digital atau perusahaan yang memberikan dukungan finansial, yang salah satunya memiliki tiga ISO teratas, yang menjadi salah satu pengaman kekhawatiran Warteg terhadap penipuan,” ujarnya. . menambahkan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *