Masalah Palestina Harus Jadi Agenda 100 Hari Kerja Pemerintahan Baru

Dilansir jurnalis Tribunnews.com Eric Sinaga 

Tribunenews.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia didesak untuk lebih aktif agar perannya di dunia internasional lebih efektif demi berakhirnya genosida Israel di Palestina dan gencatan senjata.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Osman Hamid mengatakan Indonesia bisa menyesuaikan perannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Osman mendesak pemerintahan baru untuk lebih aktif memperjuangkan Palestina.

Osman mengusulkan tiga langkah strategis dan strategis untuk mengadaptasi peran Indonesia di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya pada sidang Majelis Umum PBB.

Sayangnya, Presiden Joko Widodo banyak melewatkan momen-momen tersebut selama masa jabatannya.

“Selama 10 tahun menjabat, Presiden Joko Widodo selalu mangkir dari pertemuan-pertemuan penting tersebut. Padahal itu adalah forum pengambilan keputusan tertinggi, seperti Majelis Dunia,” kata Usman dalam diskusi kelompok terarah bertajuk Strategi Indonesia Strategis dan Strategis. Aksi untuk Gaza di Ruang GBHN Gedung MPR/DPR RI, Jumat (FGD). (27/09/2024).

Kedua, Indonesia juga harus menyesuaikan perannya dalam pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Indonesia telah menjadi anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB sejak tahun 2006 dan terpilih kembali untuk masa jabatan 2024-2026.

“Indonesia sangat berkomitmen untuk memainkan peran yang sangat penting di Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Bila perlu, Pemerintah Indonesia mengusulkan agar para ahli independen dari Indonesia menjadi Pelapor Khusus di Dewan Hak Asasi Manusia PBB sehingga kita dapat terus berperan sebagai bangsa yang mampu mengatasi krisis perdamaian dan kemanusiaan dunia,” kata Usman.

Ketiga, mengambil tindakan strategis dengan meratifikasi empat perjanjian hukum internasional yang relevan dengan situasi kemanusiaan di Palestina (Konvensi Apartheid (1973), Genosida (1948), Pengungsi (1951) dan Statuta Roma (1998)).

Sementara itu, Managing Director Adara Relief International, Maryam Rachamayani mengingatkan, Israel telah melakukan genosida di Gaza selama setahun.

Maryam mengatakan, masyarakat Palestina, khususnya anak-anak dan perempuan, sangat menderita akibat pendudukan Palestina. Sejak 17 Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 41.000 warga sipil Palestina, 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. 6 anak-anak dan 4 wanita meninggal setiap jam di Gaza.

“Kelaparan merajalela di Gaza karena kurangnya bantuan kemanusiaan yang masuk. 96% penduduk Gaza menghadapi kerawanan pangan yang parah dan, sekali lagi, anak-anaklah yang paling terkena dampaknya,” kata Maryam pada acara yang sama.

Adara, lanjut Maryam, juga mendistribusikan sembako, sandang, pangan, dan papan, serta mengirimkan obat-obatan dan perbekalan kesehatan lainnya. 

“Namun semua ini tidak akan menyelesaikan permasalahan Gaza, karena sumber permasalahan ini adalah pendudukan pimpinan Israel,” ujarnya. 

Indonesia terikat oleh konstitusinya

Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR RI, mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menolak kolonialisme sesuai UUD 1945. 

Oleh karena itu, sikap Indonesia selanjutnya adalah menolak penjajahan Israel di Palestina. Hidayat meminta pemerintah mengambil segala cara untuk membawanya ke Gaza.

“Jadi pemerintahan baru yang akan datang harus selalu diingatkan bahwa mereka terikat oleh konstitusi, konstitusi kita menguraikan posisi Indonesia yang tidak mengakui kolonialisme Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina serta berperan aktif dalam menjaga perdamaian,” kata Hidayat.

Saat ini, lanjutnya, Indonesia berada pada momen yang sangat penting, yaitu PBB melalui Majelis Umum telah mengeluarkan resolusi Majelis Umum PBB yang menyatakan pendudukan Israel ilegal dan merupakan pelanggaran hukum internasional.

Resolusi tersebut mengacu pada pendapat penasihat Mahkamah Internasional (ICJ). ICJ menilai pendudukan Israel di Palestina merupakan tindakan ilegal. Israel harus segera mengosongkan tanah yang didudukinya dalam waktu 12 bulan.

“Kami berharap pemerintahan baru dapat menjaga momentum ini dan kemudian lebih giat memperjuangkan kemerdekaan Palestina bersama seluruh masyarakat Indonesia,” pinta Hidayat.

Jawaban Kementerian Luar Negeri

Menanggapi rekomendasi yang disampaikan pembicara, Ahrul Tsani Faturahman dari Kementerian Luar Negeri mengatakan dia telah menerima semua komentar tersebut dan sedang mencari cara untuk memastikan bahwa bantuan dapat dikirim ke Gaza dengan cepat dan tepat sasaran.

“Pemerintah telah mengalokasikan dana khusus untuk disalurkan ke Palestina berupa beasiswa, biaya hidup, dan sembako,” tegas Ahrul.

Diskusi tersebut merupakan bagian dari komitmen Adara sebagai organisasi kemanusiaan untuk mendorong elemen nasional memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dengan mengedepankan dialog konstruktif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

FGD tersebut setidaknya mengangkat tiga isu utama.

Para tokoh sepakat bahwa isu Palestina harus menjadi agenda prioritas lembaga legislatif dan eksekutif dalam 100 hari pertama, relevan bagi pemerintah untuk fokus memantau bantuan kemanusiaan dan seruan penguatan peran Indonesia di forum internasional.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *