BERITA TRIBUN.
Rumah tersebut digerebek karena diduga terlibat jaringan judi online internasional. Sebanyak 8 tersangka ditangkap dalam penyerangan tersebut.
Tribunnews juga mengunjungi tempat yang diyakini sebagai markas para pemimpin perjudian online Kamboja pada Jumat sore.
Sekitar pukul 12.30 WIB, rumah di Jalan Dollar tampak kosong. Sesekali warga yang melintas melihat sebuah rumah yang digeledah polisi.
Pengamat di lapangan mengatakan rumah itu berdinding kayu berwarna coklat. Bangunan tiga lantai itu dicat putih dengan perpaduan dinding bata.
Tidak ada garis polisi yang terlihat di properti tersebut. Bahkan, garis polisi dibentuk polisi saat penggeledahan pagi hari.
Bahkan, pemberitaan Tribun menelusuri aktivitas di dalam rumah. Sebuah mobil Hyundai Creta putih diparkir di dalam rumah.
Bersamaan dengan itu, pintu utama rumah dibuka.
Sekitar pukul 12.45 WIB, seorang lelaki tua bertopi hitam terlihat sedang merokok di lantai 3 gedung tersebut.
Tak lama kemudian, seorang remaja putri yang mengendarai sepeda listrik datang. Dia sepertinya berusaha menemukannya.
“Okkyk, kak,” kamu bersandar di dinding rumah sambil memegang namanya.
Tiga orang terlihat keluar dari rumah. Ada seorang pria bertubuh besar, seorang wanita bertubuh besar dan seorang gadis. Terjadi perbincangan singkat di depan rumah.
Ketiganya kemudian pergi dengan sepeda listrik, meninggalkan orang dewasa sendirian di sebuah rumah yang telah digerebek polisi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, penghuni rumah tersebut merupakan keluarga pemilik rumah yang ditangkap polisi saat digeledah pada Jumat pagi.
Mas Ateng, yang berjualan bakso di dekat “markas” judi online, mengatakan kepada Tribunnews, ia tidak yakin apa yang ada di dalam rumah tersebut.
Sebab, dia mengaku tidak melihat aktivitas mencurigakan tersebut. Namun, ia melihat puluhan orang dewasa memasuki rumah yang menjadi pusat perjudian online tersebut.
“Awalnya saya tidak tahu kalau gedung itu adalah pusat judo, saya hanya tahu ada orang yang keluar masuk,” kata Ateng, Jumat.
Ia mengatakan, salah satu pekerja kerap diminta membelikan makanan atau jajanan untuk para pekerja di rumah. Termasuk membeli siomay.
“Sedangkan untuk para pekerja, hanya satu orang yang datang untuk membeli makanan. Yang lainnya tidak pernah muncul.”
Mas Ateng mengaku bertanya kepada salah satu pekerja pusat judi online tersebut apa yang dilakukannya di rumah.
Menurut Mas Ateng, saat ditanya mengenai aktivitas pekerja di rumah, pekerja tersebut hanya tersenyum dan enggan menjawab.
“Saya selalu membeli kue kering di sini, saya bertanya kepada pekerja di sana apa yang dia lakukan, dia hanya tersenyum dan tidak mau menjelaskan apa pun.”
Bahkan, menurut pria yang berjualan bakso di kawasan tersebut sejak tahun 1996, pemilik dan staf tempat perjudian online ini tertutup dan tidak pernah berinteraksi dengan warga sekitar.
“Semuanya tertutup, termasuk yang punya rumah. Saya tidak pernah ngomong. Kenali wajahmu. Biasanya kita beli bakpao (roti) tertutup lalu dibawa pulang.”
Ia juga mengatakan polisi dan aparat gabungan mendatangi situs judi online tersebut pada Rabu 6 November 2024 lalu, sebelum penggerebekan pada Jumat pagi.
“Ini bukan kali pertama kami razia, saya ingat Rabu lalu dengan haru. Terakhir saya sibuk, Provos ada di rumah Rabu lalu pukul 14.00 WIB,” ujarnya. Rp 21 miliar Metro Jakarta Barat Polisi menggerebek Tempat Judi Online di Perumahan Cengkareng Indah Blok AB 20 RT 005 / RW 014 Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat pada Jumat (8/11/2024). (Wartakotalive.com/Nuri atul Hikmah) .
Polisi menangkap delapan orang dalam penggeledahan pada Jumat pagi. Mereka adalah RS (31), DAP (27), Y (44), ME (21), RF (28), RH (29), AR (22), dan RD (28).
Usai penangkapan, seluruh tersangka langsung dibawa ke Polres Metro Jakarta Selatan untuk dilakukan pemeriksaan.
Kapolres Metro Jakarta Barat, Polisi M Syahuddi mengatakan, ada tiga tim yang terlibat dalam kasus tersebut.
Kelompok pertama terdiri dari warga yang menjual atau menyewakan rekeningnya kepada tersangka utama RS.
Pada kelompok pertama ini, polisi menetapkan dua tersangka.
Kemudian kelompok kedua adalah orang yang merekrut peserta. Warga didorong untuk membuat akun untuk dijual atau disewakan untuk penggunaan perjudian online di Kamboja.
Kelompok kedua ini terdiri dari tiga orang tersangka.
Sedangkan kelompok ketiga adalah pedagang yang melakukan jual beli atau sewa rekening. Beberapa aktor menghasilkan uang dengan menawarkan akun e-book di Kamboja.
“Biaya satu rekening dipatok sekitar Rp10 juta, satu rekening Rp2 juta, satu telepon genggam Rp3 juta, serta biaya pengiriman dan keamanan sekitar Rp5 juta,” kata Syhuddi.
RS menjadi tersangka utama dalam kasus tersebut, terlibat dalam pengumpulan dan penerbitan akun perjudian online di Kamboja.
Ia mengaku sudah menjalankan bisnis ilegal tersebut sejak tahun 2021. Namun proyek ini baru membuahkan hasil pada tahun 2022.
Pada tahun 2022, tersangka melahirkan sebanyak 1.081 kali.
“Ada lebih dari 4.324 rekening yang digunakan untuk bisnis ini dan penjualannya diperkirakan Rp 21 per hari,” kata Kompol M Syahuddi.
Syahuddi mengatakan, pihak rumah sakit menerima uang Rp 2-3 juta dari Kamboja untuk membeli telepon seluler.
Rumah Sakit bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 10 juta untuk setiap ponsel yang dikirimkan dengan aplikasi m-banking.
Meski dialokasikan Rp 10 juta untuk setiap prosedur, namun pihak rumah sakit tetap menerima dana yang besar.
“10 juta dolar, sekitar 2 juta dolar sudah disalurkan kepada masyarakat dan warga yang memiliki nomor rekening,” kata Shahuddi saat ditemui di lokasi penggerebekan, Jumat.
“Jadi Rp500.000 untuk pekerja dan Rp1 juta untuk penduduk. Itu sekitar Rp1,5 juta.”
“Apakah itu honor pribadi, termasuk pembelian ponsel, biaya pengiriman dan penanganan?”
Biasanya RS dikirim ke Kamboja menggunakan jalur pelayaran resmi tertentu.
Demikian pula bank yang memiliki rekening di RS antara lain bank swasta dan bank umum. Ubah lantai dasar menjadi area kerja
RS mengubah lantai satu rumah orang tuanya menjadi ruang kerja.
Ruangan ini memiliki meja dan kursi dasar.
Dinding ruangan terdapat tempat penyimpanan kayu.
Di gudang ini rumah sakit menyimpan buku rekening dari berbagai bank.
Kotak telepon seluler dan ribuan ATM juga terhubung dan terhubung.
Ada juga beberapa buku catatan yang mencantumkan nama lengkap beserta informasi pribadi dan nomor telepon.