PENGADILAN.
Komandan utama Hizbullah, Mohammad Nehme Nasser, tewas dalam serangan Israel dalam perjalanannya ke Al-Quds.
Nasser dan ajudannya tewas dalam serangan Israel di al-Haus.
Tak terima dengan serangan Israel yang menewaskan Nasser, Hizbullah kemudian melancarkan empat operasi terhadap tentara Israel.
Namun tidak berhenti sampai di situ, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Syed Hashem Safieddin, bersumpah akan terus melakukan serangan terhadap pos militer Israel.
“Rangkaian respons terhadap pembunuhan Haji Abu Neh masih berlangsung dan akan terus berlanjut,” kata Safieddin Al-Mayadeen dalam pidatonya pada upacara penghormatan Nasser.
Dia menambahkan bahwa Israel tidak boleh menganggap wilayah selatan Lebanon sebagai arena terbuka setelah membunuh pemimpin Hizbullah.
Dalam pidatonya, ia juga berjanji bahwa garis depan di sepanjang perbatasan dengan wilayah pendudukan Palestina akan membara dan meningkat melawan Israel.
Menurut Syed Safieddin, pembunuhan terhadap komandan Hizbullah sama sekali tidak ada gunanya dan tidak membawa manfaat apa pun bagi Israel.
Padahal, menurutnya, Israel tidak akan pernah memenangkan perang tersebut.
Sebelumnya, Hizbullah Lebanon mengatakan pihaknya menembakkan lebih dari 200 roket ke posisi militer Israel.
Tak hanya itu, Hizbullah mengirimkan 20 drone ke Israel.
Serangan roket ini menghantam markas besar Divisi 91 Israel yang baru dibentuk di Barak Eilat, Barak Katsafia, Brigade Lapis Baja ke-7 di Barak Gamla dan Yarden, dan Pangkalan Udara Nafah Israel.
Serangan tersebut merupakan balasan atas serangan pada Rabu (3/7/2024) yang menewaskan komandan senior Hizbullah Mohammad Nima Nasser.
“Pada hari Rabu, sebagai bagian dari serangan balik, para militan menembakkan lebih dari 200 jenis roket ke lima pangkalan Israel di sepanjang perbatasan, termasuk Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, sebagai bagian dari operasi anti-teroris di wilayah Tirus selatan, Lebanon. “, A. Hizbullah mengutip berita Arab.
Nasser mengepalai salah satu dari tiga divisi regional Hizbullah di Lebanon selatan.
Ketegangan antara tentara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menurut Anadolu Agency.
Apalagi, ketegangan ini semakin meningkat setelah Tel Aviv melanjutkan serangan mematikannya di Jalur Gaza mulai 7 Oktober 2023.
Menurut sumber Hizbullah, para militan melakukan 1.194 operasi militer dalam 250 hari pertama perang, menewaskan dan melukai lebih dari 2.000 tentara Israel.
Hizbullah telah berjanji untuk mengambil kembali setiap inci wilayah Lebanon, kata Israel, yang melanggar hukum internasional.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel lain terkait Hizbullah dan Israel