Reporter Tribune News, Raines Abdella melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Profesor Bambang Brodjungoro mengatakan, Indonesia berada pada tahapan penting menuju Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, peluang tersebut bisa diraih karena banyak masyarakat yang sudah terpapar internet.
“Dan kebetulan kita sedang mengalami revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan digitalisasi Era Intelegensi, Selasa (7 Februari 2024).
Tantangan RI saat ini adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM), tidak hanya beradaptasi dengan teknologi digital namun juga memanfaatkan teknologi digital semaksimal mungkin untuk kebutuhan klien nasional dan pemerintahan.
Modal memiliki populasi muda terlihat jelas pada pengguna internet yang sebagian besar berusia 25-34 tahun (milenial) atau 18-24 tahun (gen Z).
Kemudian kita melihat bahwa akses Internet di Indonesia atau masyarakat pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 200 juta orang dari total penduduk 280 juta orang di Indonesia.
Artinya, banyak masyarakat Indonesia yang terpapar dan menjadi pengguna internet aktif.
Populasi muda yang dominan menggunakan internet semakin banyak yang menggunakan video on demand dan juga game.
Mungkin masalah perjudian ini terkadang sama kontroversialnya dengan perjudian online.
“Tetapi tentunya kita tidak bisa mengatakan bahwa gaming adalah sesuatu yang dilarang karena merupakan bagian dari platform OTT (over-the-top) di Internet,” kata Bambang.
Secara keseluruhan, Profesor Bambang berpendapat bahwa modal generasi mendominasi jumlah penduduk, atau dengan kata lain masyarakat yang buta teknologi dan terpapar teknologi digital membawa manfaat besar bagi negara.
Ia mendesak pemerintah mendukung adopsi teknologi digital dengan mengalokasikan dana ke sektor TI.
“Di sinilah kita semakin memahami IoT (Internet of Things) yang berarti pemanfaatan teknologi sensor di banyak bidang dan bagi kehidupan manusia secara umum.”
Hal lainnya adalah kecerdasan buatan (AI) akan menjadi pendorong utama digitalisasi di Indonesia, sehingga memudahkan jalan menuju ekonomi digital.
Profesor Bambang mencontohkan penerapan teknologi AI di pemerintahan Amerika, khususnya voicebot IRS.
Teknologi ini membantu menjawab pertanyaan umum dengan cepat sehingga staf layanan dapat lebih fokus dalam menangani masalah yang kompleks.
“Ini benar-benar tentang layanan pelanggan bagi wajib pajak karena pajak biasanya agak rumit, terutama bagi orang kebanyakan,” ujarnya.
Penerapan AI lainnya di organisasi-organisasi AS adalah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Mereka mengembangkan aplikasi berbasis AI untuk deteksi cepat penyakit tuberkulosis (TB) melalui analisis gambar rontgen dada.
Dengan menggunakan pembelajaran mesin AI, seseorang dapat mengetahui siapa saja yang mengidap tuberkulosis.
“Tidak perlu antre ke dokter, tapi dengan AI, Anda bisa menemukan jawabannya,” ujarnya.