TRIBUNNEWS.COM – Memanfaatkan peluang dengan bijak adalah kunci kesuksesan bisnis. Nur Fitra, seorang ibu rumah tangga sukses, telah berupaya mengembangkan usahanya sejak tahun 2014.
Berbekal kecintaannya pada bidang kuliner, Fitra pertama kali mempunyai ide untuk menjual roti dengan sistem pre-order atau cukup pesan saja. Roti Fitras lambat laun menarik banyak peminat, sehingga memberinya peluang untuk mendirikan bisnis roti.
Fitra mengatakan, kecintaannya pada dunia kuliner dimulai sejak ia masih lajang. Awalnya ia mempunyai usaha restoran di pulau asalnya, Sapeken. Begitu menikah dan pindah ke Sumenep, ia awalnya mencoba berjualan roti hanya di kantor suaminya.
“Pada tahun 2014, saya mencoba membuat roti dalam porsi kecil dan membawanya ke kantor suami saya. Responnya bagus, peminatnya banyak, makanya saya terjun lebih dalam ke dunia baking. Sejak itu saya mencoba untuk mempelajari lebih lanjut teknik baking. Bakery Butuh peralatan yang banyak. Awalnya saya pakai mixer, lalu pakai tenaga otot. “Sepertinya peminatnya semakin banyak, karena repeat ordernya banyak ,” ujarnya. Fitra mengenang masa-masa awal.
Nama “Warung Soeka” dipilih untuk toko roti milik Fitra. Nama tersebut sebenarnya berasal dari bisnis katering yang dijalankannya sebelum pernikahan, dengan harapan produk yang dijual tidak hanya sebatas roti saja, tapi juga berbagai macam makanan.
“Waktu aku mulai, Roti Boy lagi booming. Ya, aku yang buat dan banyak yang suka. Tapi di Warung Soeka, kami menyebutnya Roti Bean.” Produk ini pula yang melambungkan nama Warung Soeka Big. itu produk yang dikenal dan bahkan disukai banyak orang saat ini,” kata Fitra.
Warung Soeka kini mendapat tempat di hati masyarakat Sumenep. Terbukti dengan jumlah pesanan Fitra yang terus meningkat hingga ratusan pcs setiap harinya. Merasa kewalahan dengan peralatan yang kurang memadai, Fitra mempertimbangkan untuk mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI.
“Awal tahun 2018 saya mendapat 250 pesanan. Saat itu saya masih menggunakan hand mixer, pengerjaannya lebih lama. Saat itu ada klien yang menyarankan saya untuk mengambil KUR Pengantin untuk modal usaha membeli mesin. Tiba-tiba saya waktu itu tidak kepikiran, tapi lama kelamaan permintaannya bertambah dan saya kaget. Alhamdulillah prosesnya cepat, tidak nyangka.
“Nominal pinjaman pertama saya Rp10 juta, lalu Rp25 juta, Rp50 juta, dan sekarang Rp100 juta.” Nominalnya bertambah dan prosesnya lebih cepat, mungkin karena track record saya lebih bagus, lebih cepat untuk ACC,” kata Fitra.
Pinjaman Fitra digunakan untuk menambah peralatan produksi. Seiring dengan meningkatnya volume pesanan, Warung Soeka membutuhkan alat yang lebih canggih agar pesanan dapat dipenuhi lebih cepat. Selain itu, bantuan dana tersebut memungkinkan Fitra untuk membuka gerai ritel di rumah dan membangun dapur produksi yang diperlukan untuk menambah jumlah peralatan.
Selain pendanaan, Fitra mengatakan BRI juga memberikan peluang pengembangan bisnis dalam bentuk pelatihan dan workshop.
“Selain itu, kami juga telah mengikuti sejumlah kursus, termasuk pelatihan halal, dan kami juga mengadakan workshop untuk penjualan online. Pelanggan benar-benar dibimbing untuk mengembangkan bisnisnya.” Menurut saya, ini adalah pendidikan yang sangat berharga.
FITRA berharap kedepannya dapat melanjutkan kerjasama dengan BRI, karena BRI telah memberikan banyak peluang bagi UKM untuk mengembangkan usahanya.
“Harapan saya kepada BRI untuk terus peduli terhadap UMKM karena UMKM adalah tulang punggung perekonomian negara.” Mohon terus dikawal UKM yang ada di Sumenep agar bisa terus berkembang”.
Secara terpisah, Direktur Bisnis Mikro Supari mengungkapkan mayoritas FDI BRI dialokasikan ke sektor manufaktur sebesar 55 persen. BRI juga berharap bisa menyelesaikan penyaluran KUR September 2024 tahun ini senilai Rp 165 triliun. “Hal ini dapat dicapai melalui upaya percepatan penyelesaian atau peningkatan kelas pelanggan eksisting,” tambah Supari.
“Kisah Warung Soeka ICOC di Sumenep menjadi contoh bagaimana pendanaan dan dukungan bisnis kami dapat mendorong lapangan kerja bagi para pelaku ICOC,” kata Supari.