Manfaatkan Kekuasaan SYL untuk ‘Peras’ Kementan, Kemal Redindo Ternyata Tak Pernah Laporkan Hartanya

TRIBUNNEWS.com – Kamal Redando Suhral Putra, putra kedua mantan Menteri Pertanian (Mentan) Suhral Yasin Lampu (SYL), rupanya tak pernah melaporkan harta kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Padahal, pria yang akrab disapa Dando ini sudah lama berkecimpung di dunia birokrasi, baik di Pemkab Goa maupun Pemprov Sulawesi Selatan.

Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com di situs elhkpn.kpk.go.id, Dandu diduga tidak pernah menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Seperti dilansir Tribun-Timur.com, Dando diketahui pernah menjabat sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Goa.

Setelah itu, ia juga banyak menduduki jabatan di tingkat pemerintahan provinsi.

Riwayat pekerjaan Dando adalah sebagai berikut: Sekretaris Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Sulawesi Selatan; Plt Kepala Bapanda Sulawesi Selatan; Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Sulawesi Selatan; Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan; Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Sulawesi Selatan; Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel.

Selain sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Dando juga dikenal sebagai Ketua DPW Persatuan Pertanian Indonesia (Perhiptani) Sulawesi Selatan periode 2022-2027. Manfaatkanlah kuasa Bapa.

Selama SYL menjabat sebagai menteri di Kementerian Pertanian (Kamenton), Kamal Redando tampak memanfaatkan kekuasaan ayahnya secara maksimal.

Dalam beberapa sidang gratifikasi dan pencucian uang (TPPU) yang melibatkan SYL, terungkap bahwa Dando juga menggunakan uang Kementerian Pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 1. Beli suku cadang mobil.

Menurut keterangan Panji Hartanto, mantan asisten SYL yang hadir sebagai saksi dalam persidangan, Dandu kerap membeli suku cadang kendaraan dengan uang Kementerian Pertanian.

Panji mengatakan, Rabu (17/04/2024): “Laki-laki (Dandoo) biasanya (menggunakan uang Kementerian Pertanian) untuk berbelanja. Biasanya membeli suku cadang mobil.

“Apakah didapat juga dari Menteri Pertanian (anggaran)?” tanya juri anggota, Ida Ayo Mastikavati.

“Biaya. Saya tanya ke Biro Umum (Camanton),” jawab Panji. 2. Penggantian biaya ulang tahun anak

Selain membeli suku cadang kendaraan, Dandu juga meminta kompensasi anggaran ulang tahun putranya kepada Kementerian Pertanian.

Hal itu terungkap saat mantan Kepala Bagian Rumah Tangga Kantor Umum dan Pengadaan Kementerian Pertanian, Asnar Widodo, memberikan kesaksian dalam persidangan, Rabu (24/04/2024).

“Ini anak Bang Dando yang ulang tahun, dia minta kami membayarnya,” kata Asnar.

Asnar sendiri mengaku sudah menerima kuitansi biaya pesta ulang tahun tersebut.

Namun, dia mengaku sempat menunda pembayarannya.

Namun, Asnar mengaku akan ditegur jika tagihan tersebut tidak dibayar dalam waktu seminggu.

“Sudah seminggu, apakah ada yang menghubungimu? Membuatmu takut?” tanya jaksa.

Jawab Asnar.

Peringatan apa yang kamu punya? tanya jaksa.

“Kalau kamu melampiaskan amarahmu, itu Pak Dando. Kamu bisa dipindahkan nanti.” Asnar menanggapinya dengan menirukan tegurannya.

“Jadi, apakah uang itu diberikan kepada keluarga menteri karena bersedia atau karena terpaksa?” tanya jaksa.

Asnar menjawab, “Harus. 3. Episode Alphard.”

Terungkap dalam persidangan Senin (29/4/2024) Dandu juga menggunakan uang Kementerian Pertanian untuk mencicil mobil Alphard miliknya.

Pejabat APBN Kementerian Pertanian, Abdul Hafeez mengungkapkan, dirinya diminta mencarikan Rp 43 juta per bulan selama 10 bulan untuk membayar cicilan Alphard Dando.

Hafeez mengungkapkan, besaran cicilan tersebut diperoleh dengan mengambil pinjaman dari pemasok yang mengerjakan proyek di Kementerian Pertanian.

“Kalau tidak ada anggaran, uangnya dari mana?” tanya Ketua Hakim Rianto Adam Pontoh.

“Supplier pihak ketiga itu dipinjam dari Kementerian Pertanian. Ada yang ditransfer, ada pula yang oleh Kareena (pegawai Biro Umum dan Pengadaan Kementerian Pertanian),” jawab Hafeez. 4. Renovasi kamar maksimal Rp 200 juta

Tak sampai di situ, Dando rupanya juga “memeras” uang Kementerian Pertanian untuk merenovasi kamarnya yang menelan biaya Rp 200 juta.

Dandu meminta besaran tersebut kepada Kepala Urusan Umum Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Sikkim Supandi.

Sikkim mengaku bahkan merogoh saku pribadinya untuk mendapatkan uang tersebut karena Kementerian Pertanian saat itu belum memiliki anggaran.

“Berapa biayanya (untuk mendekorasi ulang kamar Dando)?” tanya hakim pada Senin (13/5/2024).

“Rp 200 juta,” jawab Sikkim.

“Sumber dana?” tanya hakim.

“Maaf Yang Mulia, karena di kantor tidak ada uang, saya meminjam uang”, jawab Sikkim.

“Saya sudah meminjam uang, uangnya terbatas Yang Mulia,” lanjutnya.

Kepada hakim, Sikkim mengaku risih sebagai bawahan sehingga bersumpah akan memberikan uang pribadinya kepada Dando.

“Mengapa kamu menggunakan uang pribadimu untuk keperluan orang lain? Apa motivasimu? Apakah kamu takut dengan jabatanmu?” tanya hakim.

Posisinya tidak nyaman, jawab Sampah. 5. Bayar aksesoris mobil.

Direktur Jenderal Kesehatan dan Peternakan Kementerian Pertanian Nasrallah mengungkapkan, Dando pernah meminta uang Rp 111 juta untuk membayar aksesoris kendaraan yang dibelinya.

Menurut Nasrallah, uang tersebut diperoleh dari hasil patungan antar pejabat Eselon I di Kementerian Pertanian.

“Dindo WA apa yang harus kamu selesaikan?” tanya hakim pada Senin (13/5/2024).

“Soal aksesoris mobil Yang Mulia. (Jumlahnya) Rp 111 juta,” jawab Nasrullah.

– Darimana uangnya? tanya hakim.

“Dari uang, dari berbagi,” jawab Nasrallah.

“Bahkan bagian dari Eselon I?” tanya hakim.

“Benar,” jawab Nasrullah.

Sebagai informasi, SYL didakwa menerima gratifikasi di lingkungan Kementerian Pertanian dengan nilai hingga Rp44,5 miliar pada periode 2020-2023.

SYL mendapatkan uang tersebut dengan merujuk pejabat Eselon I di Kementerian Pertanian.

Dalam menjalankan operasionalnya, SYL dibantu oleh asistennya, Mohamed Hatta, dan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Kasdi Sabaguionu.

Atas perbuatannya, para terdakwa mula-mula dijerat dengan: Pasal 12 huruf E UU Tipikor juncto Pasal 18 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP. KUHP sama dengan KUHP.

Dakwaan kedua: pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto pasal 64 ayat (1) KUHP juncto pasal 18 UU Pemberantasan Tipikor pasal 12 huruf f.

Dakwaan ketiga: Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 18 UU Pemberantasan Tipikor jo Pasal 12 B juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Artikel ini sebagian telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Putra Menteri Pertanian Pj Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno bersama Ashri Fadilla/Ilham Rian Pratama/Yohanes Liestyo, Tribun-Timur.com/Siti Aminah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *