Laporan Jurnalis Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Presiden Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (PKGM FKM) UI, Prof. Dr. Dr. Sandra Fikawati MPH menyoroti manfaat program makan gratis bergizi (MBG) yang dilengkapi susu.
Susu merupakan protein hewani yang mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral seperti vitamin D, vitamin A, zinc, kalsium, fosfor dan magnesium.
Susu memiliki beragam manfaat bagi tubuh, seperti meningkatkan fungsi kognitif anak, menunjang perkembangan otot, meningkatkan kepadatan tulang, memperkuat imunitas, mengatur sistem kekebalan tubuh, memberikan rasa kenyang lebih lama dan membantu mengatur berat badan.
Selain memiliki banyak manfaat bagi tubuh, susu memiliki keunggulan karena disukai anak-anak serta praktis untuk dibawa dan dikonsumsi.
“Melalui program pemerintah “Nourishing Hands Free” untuk anak yang menyertakan susu dalam menunya, edukasi tentang pentingnya susu bagi anak harus semakin ditingkatkan, agar anak dan orang tua memahami pentingnya susu bagi tumbuh kembang anak. , “katanya. jelas Prof. . Fika yang ditemui di Cikarang, Jumat (29/11/2024).
Katanya, idealnya anak minum susu dua gelas sehari atau 300 ml.
Dalam sebuah jurnal penelitian tertulis bahwa minum susu setiap hari mengurangi risiko stunting.
Apakah Anda minum susu setelah atau sebelum makan?
Prof. Fika menuturkan, tidak ada waktu yang ideal untuk mengonsumsi susu.
Ia menyarankan minum segelas susu di pagi hari sebagai pengganti sarapan.
Diketahui, sarapan dengan produk olahan susu dapat meningkatkan asupan zat gizi mikro, terutama vitamin D dan kalsium, yang sangat penting bagi anak.
“Biasanya anak di rumah yang diberi susu juga sangat terbantu. Daripada tidak makan sama sekali, minum susu saja. Ingat yang terpenting minum susu,” kata Prof Fika.
Sementara pada uji coba program makan siang gratis di 10 sekolah di wilayah Cikarang, penerimaan siswa terhadap minuman susu sebesar 93 persen.
“Rata-rata anak Indonesia jarang mengonsumsi susu karena terbatasnya akses. Di program ini terbukti anak-anak suka. Jadi bukan anak tidak suka susu, tapi akses susunya sulit,” ujarnya.