Laporan jurnalis Tribunnews Horul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia, Persatuan Masyarakat Indonesia Maluku sebagai motor penggerak penting dalam menghidupkan kembali upaya pembangunan nasional yang berlandaskan ciri-ciri bangsa maritim dan visi besar Indonesia, mengadakan kegiatan bertajuk “Mark Tavaos”. .
Melalui Maluku Tavaos, komunitas diaspora Indonesia Maluku berupaya mengembalikan kejayaan maritim Indonesia, khususnya di wilayah timur Indonesia, dengan mengedepankan partisipasi masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
RAJA LUTONG – Ketua Dewan Ambon Ratupati Reza Waldo Maspatella mengatakan, acara tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia.
“Walaupun Maluku merupakan wilayah perairan, namun kualitas hidup penduduknya masih sangat rendah dan cenderung tertinggal dibandingkan masyarakat lain di Indonesia. Selama bertahun-tahun, Maluku juga merupakan salah satu provinsi termiskin di Indonesia.
“Dengan pemerintahan baru, kami berharap ada perbaikan. Masyarakat Maluku, pelajar dan generasi muda di Jakarta telah menjadi garda depan dalam mendorong pembangunan Maluku dengan momentum Maluku Tabao. Mereka mendatangi kami dan menyampaikan keprihatinannya tentang bagaimana mereka bisa “berkontribusi bagi pembangunan Maluku,” kata Maluku di Monumen Deklarasi di Jakarta, Sabtu (6 Agustus 2024), kata Reza Wald di sela-sela acara di Tawaos.
Ia menegaskan, pendekatan pembangunan di Maluku harus berbasis pada kearifan lokal yang melibatkan masyarakat dan warga lokal agar manfaatnya benar-benar terasa.
“Maluku dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan potensi laut yang sangat kaya, memiliki lebih banyak lautan dibandingkan daratan, memiliki garis pantai yang panjang dan dikelilingi oleh Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Arafura. sumber daya yang kaya,” katanya.
Selain itu, Laut Maluku juga mempunyai potensi besar dari segi energi dan sumber daya mineral.
Cadangan minyak dan gas dasar laut Maluku merupakan salah satu wilayah utama untuk eksplorasi dan pengembangan. Selain itu juga terdapat cadangan nikel dan kobalt yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Hingga saat ini, masyarakat Maluku semakin terpinggirkan akibat eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan berkelanjutan, termasuk penangkapan ikan berlebihan dan pencemaran laut.
Pengangguran yang tinggi, kemiskinan, pertumbuhan yang lambat, dan berbagai keterbelakangan dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan membuat masyarakat Maluku terjebak dan seolah tertinggal dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
“Sumber daya laut kita yang kaya harus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat, menyediakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi regional.”
“Kami sebagai masyarakat adat merasa memiliki tanggung jawab untuk memastikan sumber daya laut dimanfaatkan secara bijaksana dan berkeadilan sehingga seluruh warga Maluku dapat merasakan manfaatnya secara adil dan berkelanjutan.”
Ketua Panitia Pengelola Tabaos Maluku Christina Lumaratu mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bentuk keresahan warga Maluku atas kegagalan pengumuman pemerintah pusat mengenai pembangunan Pelabuhan Baru Maluku dan Rumah Ikan Nasional.
“Program ini sudah diusulkan sejak masa Presiden SBY dan kemudian dijanjikan akan dilaksanakan oleh pemerintahan Jokowi, namun selama ini kita tidak hidup dari laut, namun infrastruktur kita di tempat-tempat tersebut sudah rusak dan tidak pernah dibangun oleh pemerintah pusat. ,” kata Kristina.
“Kalau ada warga yang sakit harus ke pulau berikutnya, tapi di sana tidak ada ambulans laut. Ada banyak persoalan di laut yang perlu diatasi, seperti kesejahteraan dan kesehatan para nelayan.’
Ia berharap Maluku Tabaos menjadi dorongan pertama dalam upaya mengangkat Maluku dari statusnya sebagai provinsi miskin berkembang di Indonesia.
“Pemuda Maluku sangat antusias menyambut Tabaos Maluku yang mewakili semangat perubahan kita dan sekaligus pemerintah pusat juga menyambut Indonesia Emas 2045. Maluku merupakan Indonesia yang ke-8” Oleh karena itu acara ini kami selenggarakan di Tugu Deklarasi karena kami kami salah satu provinsi di Indonesia yang menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan RI,” imbuhnya.
Menurutnya, kesepakatan bersama seluruh elemen masyarakat Maluku perlu dilakukan. Unsur-unsur tersebut antara lain elite, politisi, praktisi, akademisi, pengusaha, musisi, seniman, lembaga publik, organisasi publik, pelajar, dan masyarakat biasa.
Selain itu, peran aktif pemerintah pusat dan daerah juga sangat penting untuk memenuhi dan menjaga cita-cita mulia dalam mendorong percepatan pembangunan Laut Maluku.
“Kami generasi muda dan pelajar Maluku akan mengikuti acara Maluku Tabaos yang dilaksanakan bersamaan dengan Hari Laut Sedunia, sebagai kesempatan untuk memikirkan secara mendalam situasi terkini di Indonesia, sebagai seluruh anggota masyarakat akan bersatu, untuk mewujudkan Indonesia yang bersatu, kami mengajak kalian menjadi lautan maluku,” lanjut Christina.
Ia menegaskan, misi pembangunan ekonomi Maluku ke depan harus berbasis laut, terintegrasi dengan strategi pembangunan nasional untuk menjadikan Indonesia poros maritim global menuju Indonesia Emas 2045.
Kami berharap strategi ini dapat membantu masyarakat Maluku untuk keluar dari marginalisasi. Program Mark Tavaos mengharapkan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah bekerja sama untuk mewujudkan visi tersebut.
“Optimalisasi potensi maritim yang dimiliki Maluku tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga mendorong kemajuan daerah dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan,” tegasnya.