TRIBUNNEWS.COM – Malam berdarah lainnya terjadi di Jalur Gaza tengah.
Beberapa serangan mematikan Israel dilaporkan terjadi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah tadi malam.
Sedikitnya 17 orang tewas dalam dua serangan rumah di Nuseirat.
Kawasan tersebut merupakan rumah bagi keluarga pengungsi yang baru saja dievakuasi dari Rafah yang diduduki Israel pada 6 Juni 2024.
Sepuluh orang tewas dalam serangan pertama, termasuk perempuan dan anak-anak.
Lalu lima di antaranya merupakan saudara.
Diperkirakan jumlah korban luka dalam penyerangan kamp Nuseirat akan berlipat ganda karena masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Satu jam setelah serangan pertama, eskalasi kedua menargetkan rumah keluarga lain.
Korbannya tidak hanya orang tua dan anak-anak, tapi juga kakek-nenek.
Ini bukan pertama kalinya dunia internasional dihadapkan pada serangan tanpa ampun terhadap kamp Nuseirat.
Dua orang lainnya juga tewas di jalan pantai di wilayah barat-tengah Gaza.
Hampir 35 orang yang terluka dalam serangan itu berada di rumah sakit dengan luka yang mengancam jiwa.
Sekitar sepuluh hari yang lalu, penyergapan berdarah menyebabkan pembantaian hampir 300 pengungsi. lihat gambar serangan brutal Israel di kamp Nuseirat pada Sabtu (08/06/2024). – Malam berdarah lainnya terjadi di Jalur Gaza tengah. Beberapa serangan mematikan Israel dilaporkan terjadi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah tadi malam.
“Tiba-tiba mereka turun ke dasar neraka,” tulis Maram Humaid dari Al Jazeer.
Serangan Israel ke kamp pengungsi Nuseirat bertujuan untuk membebaskan empat tahanan Israel yang ditahan di sana.
Mereka adalah Noa Argamani (25), Almog Meir Jan (21), Andrey Kozlov (27) dan Shlomi Ziv (40).
Menurut Brigade Kassam, tiga orang lainnya dilaporkan tewas dalam agresi 8 Juni, termasuk seorang warga negara Amerika. Selain itu, sedikitnya 274 warga Palestina tewas.
Eskalasi dimulai sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Berdasarkan laporan saksi mata, beberapa truk dan mobil sipil memasuki kawasan dekat pasar gudang.
Satu truk penuh dengan perabotan yang terlihat seperti sedang mengangkut pengungsi, sementara truk lainnya menunjukkan tanda-tanda merek dagang.
Kelompok ini juga mencakup kendaraan sipil.
Para saksi menggambarkan semua orang meringkuk ketakutan di tempat penampungan mereka yang buruk, dengan hanya ada selembar kain di antara mereka dan tentara bersenjata.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)